PURANA
MATSYA PURANA
OLEH
KELOMPOK :
1.
KADEK
HANDARA
2.
KOMANG
SUDIASA
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2012
I.
Pendahuluan
Purana menduduki posisi yang penting
dan strategis dalam tata urutan Veda dan susastra Hindu. Veda adalah sabda atau
wahyu Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber pertama ajaran agama Hindu. Veda
tidak hanya termasuk kitab-kitab Catur Veda Samhita seperti Reg.Veda, Yajur
Veda, Sama Veda, dan Atharwa Veda. Di samping kitab-kitab tersebut, yang
termasuk kelompok wahyu Tuhan Yang Maha Esa atau Devine Origin adalah juga
kitab-kitab brahmana, Aranyaka dan Upanisad yang tidak seluruhnya lengkap
terwarisi umat hindu.
Kitab-kitab itihasa dan purana dapat
di golongkan sebagai gudang pengetahuan agama yang sangat besar. Kitab-kitab
tersebut di susun oleh para Rsi (Human origin) yang di maksudkan untuk
menjabarkan ajaran suci Veda yang demikian luas, penuh kandungan spiritual,
filosofis, moralitas, edukatif dan lain-lain. Dengan memahami Itihasa dan
Purana, seperti di amanatkan dalam Vayu Purana, juga Sarasamuccaya (39) yang
menyatakan:
Itihasa
puranabhayam vedam samupabrmhayet,
Bibhetyalpasrutad
vedo mamayam praharisyati.
Vayu Purana 1.201
“Hendaknya Veda di
jelaskan melalui sejarah (Itihasa) Veda dan sejarah Deva-Deva dan raja-raja
(Purana). Veda merasa takut kalau seorang badoh membacanya. Veda berpikir bahwa
dia (orang yang bodoh) akan memukul-ku”.
Secara Etimologi, istilah Purana di
jumpai dalam kitab Vayu Purana (1.203) yakni berasal dari kata “Pura” (Pada
masa purba, terdahulu) dan dari akar kata “an” (artinya bernafas atau hidup),
Oleh karena itu kata Purana berarti “ Mereka yang hidup dari jaman purba
(Yasmatpura hyanatidam puranam tena tatsmrtam), Kitab brahmanda Purana
(1.1.173) menyatakan “di sebut purana karena keberadaannya di jaman yang sangat
purba
Menurut P.V. Kane, kata “Purana” dalam kitab suci
AtharwaVeda di atas menunjukkan bentuk singular, sedang di dalam kitab
Satapatha Brahmana (XI.5.6.8), Kata Purana dalam bentuk majemuk, dalam satu
kesatuan dengan kata Itihasa, sehingga bunyinya “Itihasapuranam” dan di jelaskan bahwa pada hari ke-9 pariplava,
seorang pandita “hotr” menyatakan sebagai berikut “Purana adalah Veda” demikian
adanya, Demikian di sebutkan berilah dia membaca cerita-cerita beberapa kitab Purana
(XIII.4.13/1977: V.II.816). Pendapat yang sama juga di kemukakan oleh J.L.
Shastri dengan mengutip Skanda (1.23.30) Matsya Purana (53.4) dan Mahabyasa
(Anika I) karya Maharsi Patanjali, sperti termuat dalam kata pengantar karya
terjemahan gabungan beberapa sarjana dalam buku Garuda Purana (Vol.12, Part I,
1990: XVI).
Sebagai satu jenis susastra hindu,
Purana telah ada sejak jaman Veda dan di sebutkan bersamaan dengan kitab-kitabPurana,
Itihasa dan Narasamsigatha di dalam kitab suci
AtharwaVeda
(XI.7.24 dan XV.6..11) dan di dalam kitab Gopatha (1.2.10) dan Satapatha
brahmana (14.6.10.6), juga Taittriya Aranyaka(2.10) dan disebut sebagai veda
yang ke lima di dalam chandogya Upanisad.
Istilah
Purana sebagai suatu karya sastra keagamaan yang di dalamnya di kandung
cerita-cerita kuno dapat pula kita jumpai di dalam beberapa susastra Veda, di
antaranya dalam kitab-kitab Itihasa, seperti dalam Ramayana karya MahaRsi
Valmiki) dan Mahabrata ( Karya MahaRsi Vyasa).
RINGKASAN
UMUM
MATSYA PURANA
Mastya purana adalah salah satu dari
kitab-kitab purana kuno, atau setidak-tidaknya salah satu dari karya-karya yang
telah mengawetkan kebanyakan naskah kuno itu melalui pertimbangan yang jujur
terhadap definisi sebuah purana. Bermula dengan ceritra banjir besar atau
banjir bandang, dari banjir itu keluarlah Sang Hyang Visnu dengan wujud sebagai
seekor Ikan besar (matsya) yang bertujuan untuk menyelematkan Manu sendiri.
Sedangkan kapal tempat manu berlayar terus ditarik oleh ikan itu. Percakapan
antara manu dan Sang Hyang Visnu dalam wujudnya sebagai seekor ikan merupakan
bahan penyusunan kitab Purana ini. Uraian tentang penciptaan dijelaskan secara
rinci, disusul dengan genealogi (silsilah asal-usul para raja dan rsi) yang di
dalamnya disisipkan suatu bagian tentang kakek moyang (para leluhur) dan cara
memuja mereka (bab14-22). Tak ada satupun bagian-baguan geografis,astronomis,
dan kronologis yang biasa dan merupakansebuah karakter dari kitab-kitab purana
itu tidak disebutkan, dan menurut V.A S mith data-data para raja yang tercantum
dalam Purana ini khususnya, dapat bisa dipercaya terutama tentang dinasti
Andhra. Kitab purana dalam banyak hal mempunyai banyak persamaan dengan kitab
Mahabrata dan Harivamsa, seperti cerita-cerita tentang raja Yayati (bab24-43), Savitri
(bab 208-214), inkarnasi Sang Hyang Visnu (bab 161-179, 244-248) ; dan
seringkali ada kecocokan yang sangat harfiah, akan tetapi terdapat amat banyak
taambahan dan sisipan yang ditambahkan belakangan, misalnya kita temukan satu
bagian yang luar biasa tentang cara-cara merayakan perayaan dan aktivitas
ritual berupa Vrata (puasa) yang diuaraikan bab 54-102, pengagungan
tempat-tempat suci Allahabad ( Prayagamahatnya, bab 103-1120, Benares (Varansi
dan Avimuktamahatmya0, pada bab 180-185, dan keutamaan sungai Narmada (bab
186-194) ; lalu bagian berikutnya mengenai tugas dan kewajiban seorang raja
(bab215-227), mengenai tanda-tanda dilangit (omen) dan isyarat-isyarat tertentu
seperti gempa bumi 9228-238), upacara-upacara pada pembangunan pura dan taman-taman
(bab258-270), enam belas macam sumbangan yang dirakhmati (dana punya) pada bab
274-289, dst. Sepanjang isinya Matsya Purana menunjukkan karakter Sivaistik,
dengan banyak alasan seperti dapat digolongkan sebagai Visnuistik,
perayaan-perayaan keagamaan dari sampradaya Saivistik, dan kedua mitos Sang
Hyang Visnu dan Sang Hyang Siva dikisahkan berdampingan. Dalam bab 13 Devi
(Gauri sakti Sang Hyang Siva) menyebutkan satu persatu kepada Daksa seribu
delapan nama dengan nama-nama Gauri diagungkan, adalah jelas bahwa kedua sekta
baik Siva maupun Vaisnava menggunakan karya itu sebagai sebuah buku suci.
POKOK-POKOK
CERITA DARI MATSYA PURANA
PENCIPTAAN
Pada awalnya, tak ada kehidupan di dunia ini. Yang
ada hanya kegelapan dan ensensi Ilahi (brahman). Tak mungkin untuk melukiskan
brahman. Tak ada yang dapat diuraikan . ketika waktu untuk mencipta mulai,
Brahman menghilangkan kegelapan tersebut dan kemudian membagi dirinya menjadi
tiga. Ketiga bagian ini kemudian dikenal dengan Brahma , Visnu Dan Siva. Obyek
pertama yang diciptakan adalah air dan visnu tidur diatas air tersebut. Karena
nara berarti air dan ayana berarti tempat istirahat, visnu kemudian dikenal
dengan nama Narayana.
Dari dalam air tersebut kemudian muncul telur (anda)
keemasan (hiranya). Telur tersebut memencarkan sinra ribuan matahari. Dalam
telur, Brahma menciptakan dirinya sendiri. Karena Brahma menciptakan (bhuva)
diirinya sendiri (svayam), Brahma juga disebut dengan nama Svayambhuva. Garbha
berarti kandungan, dan karena Brahma berada dalama telur emas tersebut, ia juga
dikenal sebagai Hiranyagrabha.
Brahma berada dalam telur tersbut selama seribu
tahun. Kemudian kulit telur tersebut pecah, dan mengembang luas. Sorga (svarga)
terbentuk dari separoh bagian kulit telur tersebut dan bumi terbuat dari
pecahan kulit telur yang satunya lagi. Semua unsur tanah, samudra, sungai dan
gunung masih berada dalam telur berwujud embrio. Brahma kemudian mewujudkannya.
Matahari juga diciptakan, karena matahari diciptakan pertama kali, matahri
dikenal sebagai Aditya. (nama Aditya lebih umum dijelaskan sebagai keeturunan
Aditi, semua para dewa adalah keturunan Aditi. Matsya Purana juga akan
menjelaskan hal ini). Kata mrta berarti mati. Karena matahari lahir ketika
telur pecah, matahari juga disebut sebagai Martanda. Brahma kemudian melakukan
meditasi. Saat ia melakukan meditasi tersebut iveda,purana dan sastra (naskah suci lainnya muncul dari mulutnya. Brahma
melahirkan sepuluh putra yang tercipta dari kekuatan mentalnya, yang semuanya
merupakan para rsi. Putra-putra tersebut adalah: Marici, Atri, Angira,
Pulastya, Pulaha, Kratu, Praceta, Vasistha, Bhrgu dan Narada. Yag lainnya
yaitu, Daksa lahir dari jari kaki kanannya dan dewa Dharma lahir dari dadanya.
Untuk penciptaan selanjutnya harus ada Ibu dan Ayah,
Brahma menciptakan dua mahluk hidup Svayambhuva Manu (laki-laki) dan Satarupa
(perempuan) dan terjadilah penciptaan manusia. Satarupa juga di anggap sebagai
Savitri, Gayatri, Saraswati atau Brahmani. Karena ia lahir dari tubuh Brahma,
Satarupa seperti putrid dari Brahma. Vasistha dan para rsi lainnya yang juga
merupakan putra Brahma menganggap ia sebagai kakak. Akan tetapi Satarupa sangat
cantik sehingga Brahma jatuh cinta dan ingin menikah dengannya. Satarupa
memutari Brahma dan menunjukkan rasa hormatnya kepadanya. Ketika Satarupa
berdiri di hadapannya, Brahman dapat memandangnya dengan kepalanya langsung
berhadapn dengan Satarupa. Akan tetapi Satarupa berdiri di belakangnya, Brahma
juga dapat melihatnya ( Brahma tidak ingin memutar kepalanya). Kepala dengan
muka yang lain muncul di belakang kepala Brahma yang pertama sehingga ia dapat
melihat Satarupa. Dalam kondisi yang sama kepala Brahma muncul di atasnya. Hal
ini di sebabkan karena Brahma memiliki lima kepala dan lima wajah. Brahma
kemudian menikah dengan Satarupa dan mereka hidup bahagia sebagai suami istri
selama seratus tahun. Putra mereka bernama Svayambhuva Manu. Untuk meneruskan
penciptaan, Brahma menciptakan seorang rsi yang bernama Sanatkumara dan Siva (
Dalam purana lainnya menyebutkan bahwa untuk menambah jumlah para rsi yang
telah di ciptakan sebelumnya, Brahma kemudian mencipta empat putra lagi dari
kekuatan pikirannya. Keempat putra tersebut bernama Sananda, Sanaka, Sanatana,
Sanatkumara, dan mereka menjadi rsi). Brahma kemudian menyurus Siva untuk mencipta
dan Siva menuruti perintah tersebutdan mulai mencipta, akan tetapi mahluk hidup
yang di ciptakan Siva memiliki wujud yang sama dengan dirinya. Mereka semua
tidak sempurna. Dengan mengetahui hal tersebut kemudian Brahma berkata
Janganlah engkau mencipta lagi, aku saja yang mencipta. Kemudian Svayambhuva
Manu melaksanakan tapasya yang sangat berat dan mendapatkan sseorang istri yang
bernama Ananti. Svayambhuva Manu dan Ananti memiliki dua putra yang bernama
Priyavrata dan Uttnapada. Keturunan Uttnapada adalah Pracinavarhi. Pracinavarhi
menikah dengan Savarna, putrid samudra dan mereka memiliki aepuluh putra.
Putra-putra ini di kenal sebagai Praceta. Kesepuluh pracetatersebut menikah
dengan Marisa. Mereka semua memiliki istri yang sama. Daksa adalah putra dari
Praceta dan Marisa.
KETURUNAN DAKSA
Daksa menikah dengan pancajani. Daksa dan Pancajani
memiliki seribu putra yang di kenal sebagai Haryaksa. Daksa menyuruh
anak-anaknya untuk mencipta mahluk hidup. Akan tetapi rsi Narada datang dan
berkata kepada para Haryaksa “kalian tidak dapat hanya mencipta mahluk hidup
saja jika kalian tidak mengetahui dimana mereka akan tinggal. Pernahkah engkau
meneliti alam semesta bahwa ciptaanmu akan hidup di sana kenapa kalian tidak
mulai melakukan penelitian tersebut?.” Para Haryaksa melakukan hal ini dan nama
mereka tak pernah terdengar lagi. Mereka tak pernah kembali. Daksa dan
Pancajani memiliki seribu anak lagi. Mereka di namai Savala, dan Narada
menyruruh mereka untuk meneliti alam semesta dan mereka juga lenyap tanpa bekas.
Daksa dan Pancajani kemudian melahirkan enam puluh anak perempuan lagi. Sepuluh
dari putrid Daksa tersebut menikah dengan dewa dharma, dua puluh tujuh putrid
menikah dengan rsi Kesyapa dan putrid lainnya menikah dengan rsi-rsi lain.
Ketiga belas putrid Daksa yang menikah dengan Kasyapa adalah Aditi, Diti, Danu,
Arista, Surasa, Surabhi, Vinata, Tamra, Krodhavasa, Ira, Kadru, Visva dan Muni.
Putra Aditi di kenal dengan Aditya, adadua belas Aditya yaitu, Indra, Dhata,
Bhaga, Tvasta, Mitra, Varuna, Yama, Vivasvana, Savita, Pusa, Amsumana dan
visnu. Para Aditya ini adalah Dewa (Yama pada umumnya di anggap sebagai putra
dari dewa mataharidan Samjna).
Putra dari diti adalah para raksasa(daitya). Diti
memiliki dua putra yaitu Hiranyakasipu dan Hiranyaksa. Keturunan kedua raksasa
tersebut juga di sebut dengan daitya. Putra dari Hiranyaksa adalahUluka,
Shakuni, Bhutasantapana, Mahanabha. Sedangkan dalam cerita lainnya menyebutkan
bahwa Hiranyaksa tidak memiliki anak dan ia mengadopsi Andhaka sebagai
putranya. Putra dari Hiranyakasipu adalah Prahlada, Anuhlada, Samhlada dan
Hlada. Putradari Prahlada adalah Virocana. Putra dari Virocana adalah Vali, dan
putra Vali adalah Vanasura. Danu memiliki seratus putra. K eturunan putra-putra
ini di kenal sebagai golongan Danava( raksasa). Putra yang paling utama dari
keseratus putra tersebut adalah Vipracitti. Maya yang merupakan arsitek para
raksasa adalah keturunan Vipracitti. Tamra memiliki enam putrid. Keenam putrid
tersebut adalah ibu dari golongan para burung, kambing, kuda, domba, unta dan
keledai. Vinata memiliki dua orang putra yaitu Aruna dan Garuda. Putra dari
Aruna adalah Sampati dan Jatayu (engkau lebih mungkin mengenal nama-nama ini
dari cerita Ramayana). Surasa dan Kadru melahirkan ular (naga atau Sarpa). Krodhavasa
adalah ibu dari para raksasa, Surabhi adalah ibu dari kerbau dan sapi, Muni
adalah ibu dari para apsara (penari surga) Arista adalah ibu dari para
Gandharwa (penyayi surga) Ira adalah ibu dari pepohonan dan perdu dan Visva
adalah ibu dari golongan yaksa (setengah dewa).
Meskipun Raksasa dan para dewa adalah sepupu, mereka
tidak sailing menyukai dan sering bertengkar. Banyak Daitya yang di bunuh oleh
dewa Visnu dan para dewa lainnya. Diti merasa sedih melihat penderitaan itu ia
memutuskan untuk bermeditasiagar mendapatkan seorang anak yang sangat sakti
yang nantinya dapat membunuh dewa Indra, raja para dewa. Ada sebuah tirtha (
tempat perziarahan suci) yang bernama Syamantapancaka di pinggir sengai
srasvati. Diti pergi kesana dan memuja rsi Kasyapa. Ia mempertahankan hidupnya
dengan memakan akar-akaran dan buah-buahan dan melakukan meditasi selama
seratus tahun. Doa-doanya menyenangkan hati kasyapa “ mintalah suatu anugrah”
kata rsi tersebut, berilah aku seorang anak atu putra yang dapat membunuh dewa
indra kata Diti, “keinginanmu akan terpenuhi” kata kasyapa” akan tetapi engkau
harus melaksanakan beberapa persyaratan. Engkau harus tiggal di pertapaan ini
selama seratus tahun lagi. Selama seratus tahun tersebut, engkau akan
melahirkan seorang bayi. Akan tetapi ada beberapa hal yang harus engkau
laksanakan. Engkau tidak boleh makan pada waktu malam, jika tidak, engkau harus
tdurdi bawah pohon saat malam. Bentuk latihan apapun tidak boleh di lakukan.
Jangan tidur dengan rambut tergerai atau tidak mandi sebelumnya. Jika engkau
dapat melaksanakan hal ini, engkau akan mendapatkan anak seperti yang engkau
inginkan.”
Kasyapa menghilang dan Diti melaksanakan ritual yang
di jelaskan oleh rsi itu, akan tetapi Indra mengetahui hal ini dan ia tidak
akan memberikan kelahiran putra tersebutb karena anak tersebut akan
menghancurkannya. Indra kemudian berkunjung ke pertapaan Diti seolah-olah ia
akan melayani bibinya. Ia membawakan kayu api, buah-buahan dan juga
melayaninya. Sebenarnya, Indra menunggu kesempatan saat Diti gagal melaksakan
ritual itu. Sembilan puluh Sembilan tahundan tiga ratus enam puluh dua hari
beralalu. Masa seratus tahun hanya tinggal tiga hari lagi.Pada hari itu Diti
sangat lelah, karena waktu yang di tetapkan semakin dekat, ia menjadi agak
malas. Ia tidur juga tanpa meenyanggul rambutnya. Tindakan ini telah
melanggarpersyaratan tersebut. Indra menggunakan kesempatan tersebut, karena
Diti telah melanggar janji, ia tak dapat melawan lagi. Indra memasuki perut
Diti dalam sekejap. Indra memiliki senjata sangat sakti yang di sebut dengan
vajra, dengan vajra tersebut, Indra memotong bayi yang ada dalam perut Diti
menjadi tujuh bagian. Ketujuh bagian itu mulai menangis.” Ma ruda’ kata indra “
jangan menangis” akan tetapi, bagian tubuh bayi tersebut terus menangis. Indra
kemudian memotong ke tujuh bagian bayi tersebut menjadi beberapa bagian lagi
sehingga seluruhnya berjumlah empat puluh Sembilan. Karena Diti gagal
melaksanakan persyaratan tersebut, ke-empat puluh sembila bagian tubuh anak
Diti tidak lagi memusuhi Indra. Ketika mereka telah lahir. Mereka di sebut
dengan marut yang di ambil dari kata- kata Indra saat menenangkannya. Merka
mendapatkan status sebagai dewa dan menjadi pengikut setia Indra.
Manvantara
Setiap Mavantara merupakan suatu
jaman yang diperintah oleh seorang Manu.
Satu hari Brahma disebut dengan nama Kalpa dan ada empat belas Mavantaradalam
setiap kalpa. Pada akhir masing-masing kalpa,
jagat raya mengalami kehancuran dan akan diciptakan kembali.
Pada kalpa ini, enam mavantara telah lewat dan mavantara
ke tujuan adalah yang sekarang sedang berjalan. Ada tujuh mavantara di masa depan sebelum
jagatraya dan mahluk penghuninya dimusnahkan. Para Dewa, tujuh rsi (sapta rsi)
dan orang yang menyandang gelar indra akan
berubah dari satu mavantara ke mavantara lain. Ke empat belas jaman dalam kalpa yang sekarang adalah sebagai
berikut.
1.
Manu yang pertama
adalah Svayamhuva Manu. Para dewanya
disebut sebagai para yama.
2.
Manu yang ke dua adalah Svarocisa. Dewanya adalah para tusita
dan tujuh rsi tersebut adalah , Dattoli,
Cyavana, Pravahana, Siva, Sita, Sasmita adalah para saptarsi-nya.
3.
Manu yang ke-empat
adalah Auttama. Dewanya adalah para
bhavana dan Kaukurundhi, Dalbhya,
Sankha, Pravahana, Siva, Sita, Sasmita adalah para saptarsi-nya.
4.
Manu yang ke-empat
adalah Tamasa. Tujuh rsi yang mengikutinya adalah, Kavi, Prthu, Agni, Akapi, Kapi, Jalpa, dan
Dhimana dan dewanya disebut para
sadhya.
5.
Mavantara yang
ke-lima diperintah oleh seorang Manu yang
bernama Raivata. Para dewanya adalah
para abhutaraja dan tujuh rsi utama yaitu, Devavahu, Suvahu, Parjanya, Somapa, Muni, Hiranyaroma dan Saptasva.
6.
Manu yang ke-enam
adalah Caksusa. Dewanya adalah para
Lekha dan tujuh rsi agungnya adalah, Bhrgu, Sudhama, Viraja, Sahisnu, Nada,
Vivasvana dan Atinama.
7.
Manvantara Iyang
ke-tujuh sedang berjalan dan diperintah oleh seorang Manu yang bernama Vaivasvata. Saptarsi terdiri dari Atri,
Vasistha, Kasyapa, Gautama, Bharadvaja, Visvamitra dan Jamadagni. Dewanya adalah sadya dan visvadeva, marut, vasu, dua asvini dan aditya.
8.
Manu yang
ke-delapan adalah Savarni dan tujuh rsi yang
berkuasa yaitu, Asvatthama, Saradvana,
Kausika, Galava, Satanada, Kasyapa, dan Rama.
9.
Manu yang
ke-sembilan adalah Raucya.
10. Manu yang ke-sepuluh adalah Bhautya.
11. Manu yang ke-sebelas akan diberi nama Merusavarni.
12. Manu yang ke-dua belas adalah Rta
13. Manu yang ke tigabelas
adalah Rtadhama
14. Manu yang ke-empat belas dan yang terakhir akan dinamai Visvakasena.
(purana ini
tidak lengkap menyebutkan nama rsi
dan dewa. Dan nama Indra tidak
dimuat dalam satu manvantara pun.
Nama-nama ini juga diceritakan dalam purana
yang lain, tetapi dengan nama yang berbeda-beda. Dalam hal tertentu, misalnya
nama manvantara dimasa depan juga
berbeda.)
Prthu
Ada seorang
raja yang bernama Anga yang
merupakan keturunan Svayambhuva Manu.
Anga menikah dengan Sunitha, putri dari Mrtyu dan mereka mempunyai seorang
putra bernama Vena. Mrtyu adalah
orang jahat. Sejak kecil, Vena tinggal
dengan kakeknya yang sering berbuat jahat tersebut.
Setelah Vena menjadi raja setelah Anga, ia mulai memerangi bumi. Ia
menghentikan semua yajna dan
orang-orang yang memuja Tuhan. Ia menyuruh orang-orang tersebut untuk menuja
dirinya saja. Para rsi dengan
berbagai macam cara berusaha untuk menganjurkan kepada Vena agar kembali ke jalan yang benar, akan tetapi Vena tidak mendengarkan.
Para rsi tersebut kemudian membunuh Vena. (matsya purana hanya menceritakan bahwa Vena meninggal karena dikutuk oleh para
rsi. Purana yang lain mengatakan bahwa para rsi sebenarnya membunuh mereka dengan jermi
setelah mengucapkan mantra).
Vena tidak memiliki putra dan kerajaan harus
diperintah oleh seorang raja. Oleh karena itu, saat Vena meninggal, para rsi meremas-remas
jasad tersebut sehingga seorang anak dapat lahir. Mahluk pertama yang lahir
dari peremasan tersebut adalah seseorang yang sangat kerdil dan hitam. Semua
kejahatan yang dilakukan Vena menurun
kepada anak tersebut sehingga tak ada kejahatan yang tertinggal pada badan yang
telah meninggal itu. (purana yang lain
mengatakan bahwa putra ini kemudian dikenal sebagai nisada dan nama ini juga
dipergunakan oleh keturunannya. Nisada menjadi
seorang pemburu dan nelayan.)
Ketika upacara
peremasan mayat tersbut diteruskan, seorang anak yang sangat tampan keluar dari
tangan kanan Vena. Ia lahir dengan
sempurna dan membawa busur, anak panah dan tongkat. Seluruh tubuhnya
mengeluarkan cahaya. Kata Prthu berarti
besar (agung). Anak tersbut diberi nama Prthu
karena ia dilahirkan dengan usaha yang sangat besar.
(beberapa kitab purana lain menceritakan bahwa telapak
tangan Vena sangat montok dan kata Prthu juga berarti montok. Karena anak
ini lahir dari telapak tangan yang montok tersbut, maka Ia dinamai dengan Prthu.)
Akan tetapi rakyat Prthu belum memiliki persediaan makanan
yang cukup untuk bertahan hidup. Mereka meminta raja untuk melakukan sesuatu. Prthu memutuskan kalau bumi tidak
menyediakan berbagai macam makanan, ia akan membunuh bumi. Bumi kemudian
merubah wujudnya sebagai sapi dan melarikan diri.
Kemanapun bumi
melarikan diri, raja tersebut dapat mengejarnya. Bumi pada menyadari bahwa ia
tidak dapat melarikan diri lagi. Ia kemudian berkata kepada Prthu, “ janganlah membunuh hamba karena penduduk tuan tidak akan dapat hidup.
Bagaimana mungkin mereka dapat hidup jika tuan membunuh hamba?hamba yang telah
membuat susu. Makanan yang tuan minta akan hamba sediakan.”
Prthu kemudian
memerah bumi. Karena kejadian inilah bumi kemudian disebut dengan nama prthivi. Prthu kemudian menstabilkan bumi dengan busur panahnya sehingga
rakyatnya dapat tinggal pada dataran yang tercipta.
Bumi
menjadi subur dibawah pemerintahan Prthu.
Segala bentuk kemiskinan, penyakit dan perbuatan dosa tidak ditemukan.
Semua orang berada dijalan yang benar.
Garis
Keturunan Matahari
Para Rsi
meminta kepada Lomaharsana, “beritahukanlah kepada kami sejarah tentang garis keturunan matahari”. Lomaharsana
pun mulai bercerita. Aditi dan rsi kasyapa
telah melahirkan dewa matahari vivasvana
atau surya sebagai putra. Surya memiliki tiga orang istri
yaitu Samjna, Rajna, dan Prabha.
Rajni memiliki seorang putra yang bernama Revata dan Prabha memiliki seorang putra bernama Prabhata (pagi). Surya dan Samjna memiliki dua orang putra dan
seorang putri. Putra yang paling tua adalah Vaivasvata manu. Dan kedua
putra lainnya adalah kembar yaitu Yama dan Yamuna.
Pancaran sinar matahari terlalu kuat bagi Samjna dan diberi nama chaya. ia kemudian menciptakan seorang
wanita dari tubuhnya. Wanita tersebut perisi dengan Samjna dan diberi nama chaya
(bayangan). Sangat sulit untuk membedakan keduanya. “ tinggalah disini dan berbuatlah seolah-olah engkau adalah aku, ”kata Samjna. ”rawatlah suami dan anak-anakku
tak seorang pun akan tahu yang sebenarnya kecuali kau memberitahunya. Aku
sendiri akan pergi dari sini.
Surya tidak
menyadari bahwa Samjna telah pergi. Ia menganggap bahwa Chaya sebagai istrinya dan menganggap
dan dengan chaya memiliki dua orang putra dan dua orang putri.
Putranya bernama savarni manu dan sani (saturnus) dan anak perempuannya
adalah tapati dan visti.
(nama anak perempuan yang bernama visti
jarang diceritakan dalam purana yang lainnya).
Chaya sangat sayang terhadap anak-anaknya dan
melupakan anak-anak Samjna. Hal ini tidak berpengaruh terhadap Vaivasvata Manu. Ia adalah anak tertua
dan lebih mengerti keadaan tersebut. Akan tetapi yama tidak suka dengan kelakuan chaya. dengan sifatnya yang cepat marah, ia mengangkat kakinya dan
menendang chaya. chaya mengutuk yama. “aku mengutukmu agar kakimu diganyang oleh cacing ,’ia
berkata,”cacing-cacing itu akan menyebabkan bernanah dan berdarah.”
Kutukan itu
mengangetkan yama dan ia segera
berlari ke ayahnya. “ ibu telah mentukku,
“ia memberitahu surya. ”aku hanyalah
seorang anak kecil. Meskipun aku telah berbuat asalaah, pantaskah seorang ibu
mengutuk anaknya?. Aku sangat yakin bahwa ia bukan ibuku.”
Ketika surya mengatakan hal ini kepada chaya. ia kemudian
mengatakan yang sebenarnya dan surya baru
mengetahui bahwa samjna telah pergi. Ayah samjna adalah visvakarma. Ia adalah arsitek para dewa. Surya kemudian pergi kekediaman mertuanya untuk
menanyakan apakah ia tahu tentang keberadaan samjna.
“Aku tahu” jawab visvakarma.
“ketika samjna meninggalkan rumah, ia
datang kepadaku dalam wujud seekor kuda betina, tetapi aku menolak keinginannya
untuk tinggal dirumah ini karena telah meninggalkan rumah suaminya tanpa minta
ijin terlebih dahulu. Saat ini ia tinggal didaerah padang pasir. Samjna melakukan hal ini karena ia
tidak tahan dengan energi dan pancaran sinarmu. Jika engkau menginjinkan akau
akan menghilangkan beberapa energimu sehingga orang lain dapat melihatmu.”
Menurut purana ini,
samjna tidak memberi tahu visvakarma bahwa surya tidak mengetahui perpisahan ini dan tinggal dengan ayahnya
beberapa waktu dan tidak dalam wujud kuda betina. Akan tetapi, pada akhirnya visvakarma curiga kenapa anaknya tidak
mau kembali kepada suaminya. Untuk menghindari kecurigaan ayahnya, samjna merubah wujudnya menjadi seekor kuda betina
dan tinggal disebuah kerajaan bernama uttarakuru,
bukannya di daerah padang pasir (maru) seperti yang diceritakan didalam matsya purana. Visvakarama mengetahui hal ini dengan daya mentalnya.
Visvakarma kemudian
mengurangi energi matahari. Dari energi-energi tersebut tercipta beberapa
senjata para dewa seperti cakra visnu, trisula siva
dan vajra indra. Pengurang cahay matahari ini membuat matahri lebih
lembut. Tubuh surya yang tidak
mengalami modifikasi adalah kakinya. Tidak ada orang yang tahan melihat saat
memujanya. Orang yang tidak mematuhi larangan tersebut adalah pendosa dan ia
akan menderita penyakit kusta.
Surya kemudian
mencari Samjna dan menemukannya
dalam wujud seekor kuda betina. Ia kemudia merubah wujudnya menjadi kuda jantan
dan hidup dengannya. Sebagai kuda mereka memiliki dua orang putra. Kedua
putranya dikenal sebagai asvini, karena
asva berarti kuda,. Mereka menjadi tabib para deva dan juga dikenal sebagai nasatya dan dasra.
Setelah asvini lahir, surya dan samjna kembali kewujud aslinya.
Apakah yang
terajadi dengan savarni manu? Ia
pergi melaksanakan tapasya digunung semeru. Ia akan dilahirkan kembali sebagai manu pada masa yang akan datang. Dan tapati kemudian menjadi sebuah sungai
(tapati). (mahabrata menyatakan bahwa tapati
menikah dengan raja samvarana dan
melahirkan seorang putra yang bernama Kuru.
dari keturunan Kuru selanjutnya
dikenal dengan nama kaurawa).
Engkau mungkin masih ingat bahwa yama telah dikutuk agar kakinya membusuk dan terinfeksi oleh
cacing. Untuk mengurangi kutukan tersebut, surya memberikan seekor burung
kepada yama untuk memakan cacing-cacing tersebut. Setelah
itu yama pergi kesebuah titrha yang
bernama Gokarna dan mulai memuja siva. Ia
melakukan hal itu selama ribuan tahun. Dan memutuskan untuk bertemu dengan dewa
siva . siva menganugrahi yama berkah sebagai dewa kematian. Ia
berhak menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang berdosa (papa). Dan ia juga
berhak memberikan punya kepada orang-orang yang selalu berbuat kebajikan.
Vaivasvata
Manu memerintah sebagai Manu. Ia memiliki sepuluh putra. Putra yang tertua
bernama Ila. Putra yang lainnya
bernama Iksvaku, Kusanabha, Arista,
Dhrsta, Narisyanta, Karusa, Saryati, Prsadhra dan Nabhaga. Garis keturunan matahari berkaitan denga Iksvaku. Dalam garis keturunan ini
lahirlah seorang raja bernama Bhagiratha
yang telah mengalirkan sungai Ganga
yang suci dari surga. Selanjutkan keturunan dari dinasti matahari adalah Dasaratha dan putra Dasatratha adalah Rama. Engkau dapat mengetahui Rama
dari cerita Ramayana.
Vajranga
Tidak diragukan lagi bahwa engkau
masih ingat tentang Marut. Indra telah membunuh putra Diti yaitu daitya. Diti kemudian menginginkan seorang anak yang nantinya dapat
membunuh Indra. Akan tetapi,karena
ia tak dapat melaksanakan syarat-syarat ritual,anak yang dilahirkan menjadi
teman Indra dan memuja Indra.
Indra
tetap melanjutkan penyerangannya dan membunuh para raksasa. Diti kemudian memuja suaminya Kasyapa agar memungkinkannya memiliki
seorang anak yang dapat mengalahkan Indra.
“Keinginanmu akan terpenuhi,”kata Kasyapa.”akan tetapi, engkau harus
melaksanakan tapasya selama sepuluh ribu tahun. Senjata Indra adalah vajra dan
anak yang akan engkau lahirkan akan memiliki tubuh(anga) seperti vajra. Ia kemudian
akan diberi nama Vajranga. Dan Vajra
Indra tidak akan dapat membunuhnya”.
Diti
kemudian melakukan meditasi selama sepluh ribu tahun dan pada akhirnya,ia
melahirkan seorang putra yang sangat sakti. Vajranga sangat sakti. Ketika Vajranga
sudah dewasa ,Diti memberitahu
putranya. “Indra telah membunuh
putra-putraku. Aku sangat ingin membalas dendam. Pergi dan bunuhlah Indra.”
Vajranga
pergi ke surga. Ia mengalahkan Indra
dengan mudah dan mengikatnya. Ia kemudian membawa Indra kehadapan ibunya dan siap untuk membunuh raja para dewa
tersebut.
Kematian Indra akan membawa malapetaka yang sangat besar. Brahma dan Kasyapa segera pergi dan menemuinya.”Vajranga,” kata
mereka,”janganlah membunuh Indra.
Biarkan Ia pergi. Jika seseorang telah
mengalahkannya,hal itu sama dengan kematian baginya. Indra telah dikalahkan olehmu. Ia akan merasa sakit hati dan ia
merasa lebih baik mati. Engkau tidak perlu membunuhnya secara fisik. Disamping
itu kenyataan bahwa engkau membebaskan Indra
ataspermintaan kami akan diketahui oleh semua orang. Meskipun ia masih hidup ,
semua orang akan menganggapnya telah mati. Dengarkanlah permintaan kami dan
bebaskanlah Indra.”
“Aku tak akan menolak permintaan
kalian sma sekali.”jawab Vajranga.”Aku tidak bermaksud membunuh Indra,aku hanya menuruti perintah
ibuku. Bagaimana mungkin aku menolak keinginan kalian? Salah satu dari kalian
adalah pencipta alam semesta dan yang satunya lagi adalah ayahku. Aku akan
membebaskan Indra. Tapi berikanlah
aku sebuah anugrah. Anugrah yang aku inginkan adalah agar aku dapat
melaksanakan tapasya yang berat.”
Anugrah ini Diberikan kepada Vajranga. Disamping itu, Brahma
menciptakan seorang wanita yang sangat cantik dan dinikahkan dengan Vajranga.
Vajranga pergi kehutan
untuk bertapa selama seribu tahun . Ia berdiri dengan kedua tangannya kearah
langit. Dengan sikap tubuh seperti ini,ia melakukan meditasi. Setelah tapasya
tersebut berakhir,ia menginginkan melaksanakan tapa dibawah air selama seribu
tahun lagi. Ketika Vajranga masuk
kedalam air,istrinya Varangi dengan
sabar menunggu suaminya kembali. Ia juga melaksanakan meditasi.
Akan tetapi Indra tidak akan tinggal diam. Ia merubah wujudnya menjadi monyet
dan mencabuti semua pohon yang ada dipertapaan Varangi. Ia kemudian merubah wujunya menjadi seekor domba dan
memakan semua rumput yang ada disana. Sebagai Ular,ia berusaha untuk menggigit Varangi. Terakhir, Indra merubah
wujudnya menjadi awan dan mengguyur pertapaan tersebut dengan hujan yang sangat
lebat. Karena Varangi sedang bertapa
,ia tidak sempat melindungi dirinya. Ia harus tahan menghadapi hal tersebut.
Ketika masa seribu tahun tersebut
berakhir, Vajranga kembali dari
pertapaan. Ia sangat sedih melihat kemalangan yang dialami oleh istrinya dan ia
sangat membenci Indra. Ia kembali melaksanakan meditasi dan ia mengharapkan memperoleh seorang anak
yang nantinya dapat membunuh Indra.
Brahma muncul dihadapan Vajranga dan memberikan anugrah
tersebut.”Engkau akan mendapatkan seorang anak yang akan membawa bencana bagi
para dewa.,”kata Brahma.”Ia akan
disebut dengan nama Taraka.”
Varangi
mengandung bayi tersebut selam seribu tahun. Ketika Taraka lahir,bumi berguncang dan gelombang besar terjadi disamudra.
Badai yang hebat pun terjadi. Binatang buas kegirangan dan para rsi merasa
takut.
Setelah besar, Taraka kemudian diangkat menjadi raja para raksasa.
Tapasya Taraka
Keinginan Taraka yang paling besar adalah mengalahkan para dewa,akan tetapi
ia menyadari bahwa sebelum melawan para dewa ia harus sakti terlebih dahulu.
Kekuatan tersebut hanya dapat diperoleh melalui tapasya.
Taraka
pergi kegunung Paripatra dan memilih
sebuah gua untuk bermeditasi. Selama beberapa hari, Taraka tidak makan apapun.
Beberapa hari kemudian,ia hanya minum
air dan hari-hari selanjutnya,Ia hanya makan daun-daunan. Setiap hari,ia
memotong dagingnya untuk dipersembahkan kepada api sebagai wujud ketaatannya.
Tapa yang sangat sulit ini
menyenangkan hati Brahma dan beliau pada akhirnya muncul dihadapan
Taraka.”Sudah cukup,”kata Brahma.”Aku terkesan dengan kekuatanmu.Anugrah apakah
yang bisa aku berikan kepadamu?”
“Aku ingin bertarung dengan para
dewa,”jawab Taraka.”Para dewa telah mengalahkan para raksasa dan aku ingin
membalas dendam. Berikanlah aku anugrah agar aku sakti dan abadi.”
“Keabadan tidak dapat dianugrahkan
kepada mahluk hidup manapun,”kata Brahma.”Semua mahluk hidup harus mati. Akan tetapi,jika
engkau mau,aku akan memberimu anugrah agar engkau sulit dibunuh.”
“Jika demikian, berikanlah aku
anugrah agar aku hanya dapat dibunuh oleh anak yang berumur tujuh tahun,”pinta Taraka.
Brahma
dengan senang hati memberikan anugrah tersebut.
PERANG ANTARA PARA DEWA
DAN PARA RAKSASA
Dengan anugrah yang
diberikan oleh Brahma, Taraka mulai
memimpin para raksasa. Setelah beberapa tahun berlalu dan Taraka telah memiliki tentara yang besar,ia memutuskan untuk
menyerang sorga.
Tentara raksasa yang besar tersebut
bangkit. Tentara tersebut menggunakan ribuan gajah,kuda,dan kereta. Selain Taraka,jendral utama tentara tersebut
adalah Jambha,Kujambha,Mahisa,Kunjara,Megha,Kalanemi,Nimi,Mathana,Jambhaka,dan
Sumbha. Mereka menggunakan berbagai
macam senjata.
Para dewa juga mempersiapkan diri
menghadapi perang tersebut. Mereka menunjuk Yama sebagai pemimpin utama. Yama
mengendarai kerbau. Indra mengendarai kendaraannya dan kusirnya bernama Matali. Dewa api,Agni mengendarai kambing,dan Varuna,dewa
samudra mengendarai ular. Dewa-dewa lainnya yang terlibat dalam peperangan
tersebut adalah Candra,Surya,dan Kubera,dewa kesuburan dan kemakmuran.
Perang tersebut sangat mengerikan.
Bunyi pekikan gajah yang seperti terompet,ringkikan kuda dan gendang yang
dipukul membuat suasana perang tersebut benar-benar mengerikan. Disamping itu
terdengar pula suara senjata yang beradu, desingan anak panah,kerata yang
beradu dengan kereta,gajah dengan gajah,kuda dengan kuda,dan tentara dengan
tentara. Langit dipenuhi dengan tombak,gada,kapak,pedang,trisula,tongkat dan
anak panah. Mayat-mayat bergelimpangan dan banjir darahpun terjadi.
Yama
bertarung dengan seorang raksasa yang bernama Grasana dan Kubera
bertarung dengan Jambha. Kujambha
juga bertarung dengan Kubera. Kalanemi
bertarung dengan Candra dan Surya. Dua Asvini mendapatkan pukulan tangan Kalanemi.
Berita bahwa para dewa kalah
didengar oleh dewa Visnu dan Visnu terjun dalam pertempuran
tersebut. Para raksasa menyerang Visnu,akan
tetapi mereka kalah. Salah satu gada dewa Visnu
memukul Kalanemi. Cakra dewa Visnu memotong kepala Grasana.
Jambha bermaksud memukul dewa Visnu dengan
tongkat,akan tetapi Indra membunuh Jambha dengan senjata ilahi.
Masalah yang paling berat adalah Taraka. Saat ia terjun kemedan
pertempuran,para dewa tidak memiliki pilihan lain selain melarikan diri. Bagi
mereka yang tidak melarikan diri akan terbunuh dan dipenjara.
Para raksasa memenangkan pertempuran tersebut.
Nasehat Brahma
Para dewa yang dapat hidup dari
peperangan memuja Brahma.
“Apakah yang dapat aku lakukan pada
kalian?”tanya Brahma. Kenapa kalian
kelihatannya sangat sedih?”
“Engkau adalah orang yang harus
bertanggung jawab atas kesedihan kami,”kata para dewa.”Engkau telah memberikan Taraka sebuah anugrah yang membuatnya
sangat sakti. Dengan menggunakan anugrah tersebut ,ia menguasai alam semesta
dan mengalahkan kami. Apakah yang harus kami lakukan sekarang?”
“Janganlah bersedih seperti
ini,”kata Brahma.”Taraka tidak
abadi. Ia akan dibunuh oleh anak yang berusia tujuh tahun. Akan tetapi,anak
tersebut belum lahir. Ia adalah putra dewa Siva.
Akan tetapi masalahnya adalah Siva
belum menikah lagi. Sebelumnya ia telah menikah dengan Sati. Akan tetapi, Sati membunuh
dirinya pada saat yajna. Sekarang ia
telah dilahirkan kembali sebagai Parvati.
Tugas kita adalah menikahkan kembali Parvati
dengan Siva. Putra yang akan
dilahirkan mereka akan membunuh Taraka.
Sangat diperlukan untuk membuat Siva jatuh cinta pada Parvati.
Madana,dewa cinta dikirim oleh Indra ketempat kediaman Siva. Akan tetapi, karena ia mengganggu
tapa dewa Siva,maka Siva membakar Mardana.
Sementara itu, Parvati mulai melakukan tapasya
agar Siva mau jadi suaminya. Ia
bermeditasi selama seratus tahun dan hanya hidup dengan memakan daun-daunan.
Pada akhir dari keseratus harinya,ia melakukan puasa. Tujuh rsi utama pergi dan memberitahukan
kepada Siva tentang tapasya yang
dilakukan oleh Parvati dan Siva setuju menikah dengan Parvati. Pernikahan tersebut
berlangsung dengan sangat meriah. Semua gunung dan sungai menghadiri upacara
tersebut. Demikian juga halnya dengan para rsi,para
dewa,para gandharva,apsara,dan yaksa.
Brahma sendiri bertugas sebagai pendeta
dalam upacara pernikahan.
Kali Menjadi Gauri
Pada suatu hari,Siva menyapa Parvati dengan kata “kali.”
Kata kali tersebut berarti gelap dan Parvati
berpikir bahwa yang dimaksud oleh suaminya adalah kulitnya yang hitam. Ia tidak
menyadari bahwa Siva hanya
menggodanya.
Karena pikiran tersebut, Parvati memutuskan untuk melaksanakan
meditasi agar ia cantik. Ia menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu
dan melaksanakan tapasya. Dimusim
panas,ia bertapa diatas api dan dimusim dingin,ia bertapa diair. Kadang-kadang,
Ia hanya makan akar dan buah-buahan. Kadang-kadang, Ia juuga berpuasa.
Sebelum ia melaksanakan tapasya,ia telah memerintahkan Nandi agar menjaga pintu masuk dewa Siva dan tidak mengijinkan seorang
wanitapun masuk kesana.
Ada seorang raksasa yang bernama Adi. Raksasa ini sering melakukan tapasya dan berusaha untuk menyenangkan
hati Brahma. Ketika Brahma berkenen untuk memberinya
anugrah,ia memohon agar Brahma
memberikannya keabadian. Brahma
menolak memberikan anugrah ini. Brahma kemudian mengatakan bahwa ia akan
memberikan Adi anugrah yaitu ia akan
mati dalam perubahan wujudnya yang kedua kali.
Adi datang kepertapaan Siva dan Parvati dan melihat Nandi
menjaga pintu masuk rumah tersebut. Karena takut dengan Nandi,ia merubah wujudnya menjadi seekor ular dan masuk kedalam. Nandi tidak memperhatikan ular
tersebut. Sebagai ular adalah perubahan wujud yang dilakukan Adi pertama kali.
Di dalam rumah, Adi melihat dewa Siva
dan ia berpikir untuk menipu Siva.
Ia kemudian merubah wujudnya menjadi Parvati.
Perubahan wujud ini adalah yang kedua kali. Dalam wujud sebagai Parvati, ia menghadap Siva dan menyapanya.
Pada awalnya,Siva tidak menyadari bahwa orang tersebut bukanlah Parvati. Ia menyapa raksasa tersebut
dan berkata,”sayang,aku sangat senang karena engkau mau kembali. Aku dapat
melihat bahwa engkau tidak marah lagi kepadaku.”
Akan tetapi,setelah beberapa saat, Siva menyadari bahwa orang ini bukan Parvati. Ia kemudian membunuh raksasa
tersebut.
Sementara itu,Parvati terus melaksanakan tapasya
dan hal ini menyenangkan Brahma. Brahma memberikannya anugrah agar ia
kelihatan cantik. Karena kata gauri
berarti cantik,Parvati kemudian
disebut dengan nama Gauri. Seorang dewi yang bernama kausiki keluar dari sel-sel Parvati.
Disebut dengan nama Kausiki karena
kosa berarti sel. Kulit parvati yang
hitam memasuki tubuh kausiki.
Brahma
memerintahkan dewi Kausiki untuk pergi dan tinggal digunung Vindhya. Ia kemudian dikenal dengan nama
Vindhyavasini.
(Menurut Markandeya Purana, Kausiki keluar dari sel tubuh Parvati
saat ia terlibat perkelahian dengan raksasa Sumbha dan Nisumbha).
Karttikeya dan Taraka
Karttikeya
atau skanda lahir beberapa hari
kemudian Anak laki-laki tersebut disinari oleh pancaran sinar matahari dan
memiliki enam(sada),wajah(anana). Ia kemudian dikenal dengan nama Sadanana.
(Purana yang lainnya seperti
Brahmavaivatra Purana menyatakan bahwa Skanda
telah hilang sejak kecil dan telah dibawa pergi oleh kaum Krttika. Oleh karena
hal tersebut,ia dipanggil dengan nama Karttikeya.
Karttika adalah seorang dewi dan
juga dikenal sebagai bintang(galaksi).
Para dewa menganugrahi karttikeya dengan senjata yang sangat
sakti dan menunjukkan sebagai pemimpin. Para dewa meminta Karttikeya untuk membubuh raksasa Taraka dan persiapan untuk perang pun dilakukan.
Ketika Taraka melihat karttikeya, ia berkata,”apa yang engkau lakukan
dimedan perang ini? Pergi dan bermain bola lah dengan yang lainnya.”
“Medan perang bukanlah tempat untuk
melakukan percakapan bodoh.”jawab karttikeya.”Tunjukkanlah kekuatanmu padaku.”
Setelah mendengar kata-kata
karttikeya,hanya Taraka memukulkan
tongkatnyaa pada Karttikeya. Akan
tetapi, Karttikeya dengan mudah dapat menangkis tongkat tersebut dengan sebuah vajra. Raksasa tersebut kemudian
mengayunkan kapak kerahnya,akan tetapi,Karttikeya
dapat dengan mudah menangkap kapak tersebut. Ia kemudiian menyerang raksasa
tersebut dengan menggunakan tongkatnya. Hal ini membuat Taraka marah dan ia menggunakan berbagai macam senjata untuk
membunuh Karttikeya. Akan tetapi,Karttikeya
dapat menghindari serangan raksasa tersebut dan ia membunuh raksasa tersebut
dan senjatanya. Para raksasa melarikan diri. Karttikeya menusuk Taraka
didadanya dan membunuhnya.
Demikian anugrah Brahma menjadi kenyataan.
Hiranyakasipu
Diti
memiliki seorang anak yang bernama Hiranyakasipu.
Raksasa ini melakukan dibawah air selama sebelas ribu tahun. Selama melakukan
hal ini, ia tidak makan dan minum sama sekali.
Meditasi yang dilakukan oleh raksasa
ini menyenangkan hati Brahma dan Brahma memberikan
anugrah kepada Hiranyakasipu.”Anugrah
apa yang engkau inginkan? “ia berkata.
“Jika engkau berkenan,berikanlah aku
anugrah berikut ini,”jawab raksasa tersebut.”Aku tidak dapat dibunuh oleh para dewa,raksasa,gandharva yaksa,dan ular. Aku tidak dibunuh oleh manusia maupun hantu. Para rsi tidak dapat mengutukku. Aku tidak
dapat dibunuh dengan senjata,gunung,atau sebuah pohon. Aku tak akan dapat
dibunuh pada waktu siang hari dan malam hari. Aku tak akan dapat dibunuh oleh
sesuatu yang kering dan sesuatu yang basah.
Permintaan yang aneh ini disetujui
oleh dewa Brahma.
Akan tetapi,para rsi,para dewa,gandharva,dan ular menghadap dan mengekuh pada
dewa Brahma.”apakah yang telah
engkau lakukan?”tanya mereka.”raksasa ini sekarang mulai menyerang jagat raya.”
“Jangan khawatir,”jawab Brahma “Saat wktunya tiba Visnu sendiri yang akan membunuh Hiranyakasipu.”
Sambil menunggu harapan waktu
tersebut, hiranyakasipu terus
menyerang dunia. Ia menyerang pertapaan para rsi dan mengusir para dewa keluar dari surga. Semua kegiatan yajna
dilarang.
Para dewa dan pra rsi kemudian
memuja dewa Visnu. Mendengarkan doa
mereka, Visnu kemudian merubah
wujudnya menjadi mahluk yang sangat aneh yaitu setengah manusia dan setengah
singa. Mahluk ini disebut dengan nama Narasimha.
Narasimha
pergi kekediaman Hiranyakasipu. Hiranyakasipu memiliki seorang putra
yang bernama Prahlada dan saat melihat Narasimha
, ia berteriak, “Aku merasa bahwa mahluk yang sangat sakti ini adalah penjelmaan dewa Visnu dan kita para raksasa akan mati ditangannya.”
Hiranyakasipu
memerintahkan tentaranya untuk menangkap mahluk tersebut. Atau jika mungkin
membunuhnya. Akan tetapi,para tentara tersebut tidak bisa melakukan hal
tersebut,mereka semua mati terbunuh. Hiranyakasipu
kemudian menggunakan berbagai macam senjata untuk membunuh Narasimha. Akan tetapi senjata-senjata tersebut tak dapat membunuh Narasimha. Berbagai senjata yang mengarah kepadanya dengan mudah dapat
dipatahkan. Batu-batuan yang dilemparkan kearahnya tak dapat mencapainya.
Narasimha
menangkap Hiranyakasipu dan
menjepitnya dengan dua kaki. Ia kemudian mencabik-cabik dada Hiranyakasipu dengan menggunakan
cakarnya. Jadi Hiranyakasipu tidak
dibunuh dengan menggunakan senjata,sebuah gunung dan sebatang pohon,atau oleh
sesuatu yang kering maupun basah. Visnu
dalam wujudnya sebagai Narasimha bukanlah dewa,raksasa,gandharva,yaksa,ular,manusia
maupun hantu. Karena kematian Hiranyakasipu
terjadi pada senja hari, jadi kejadian tersebut tidak terjadi pada waktu siang
hari maupun malam hari. Semua kondisi anugrah Brahma sesuai.
Seluruh dunia merasa senang atas
kematian raksasa tersebut.(Cerita tentang Prahlada
dimuat dalam beberapa purana
seperti dalam Visnu Purana,akan
tetapi cerita tersebut tidak ditemukan dalam Matsya Purana. Menurut cerita dalam beberapa purana tersebut, Prahlada memuja dewa Visnu
dan Hiranyakasipu telah
beberapa kali berusaha untuk membunuh Prahlada.
Narasimha kemudian muncul untuk
melindungi Prahlada. Setelah
membunuh Hiranyakasipu, Visnu menobatkan
Prahlada sebagai raja para raksasa).
Matsya
purana sekarang menjelaskan tentang kemuliaan beberapa tirtha,termasuk
tempat yang sangat suci Varanasi atau
kasi. Purana ini juga membuat
garis keturunan rsi-rsi terkenal seperti Bhrgu,Angira,Atri,Visvamitra,Kasyapa,Vasistha,Parasara,
dan Agastya.
Savitri
Ada seorang raja yang bernama Asvati yang memerintah kerajaan Madra. Aspati tidak memiliki putra. Ia kemudian memohon pada dewi Savitri agar ia diberikan seorang putra.
Ia melaksanakan ribuan yajna.
Pada suatu hari dewi Parvati muncul dihadapan raja dan
berkata,”engkau tidak akan memiliki seorang putra tapi aku akan menganugrahimu
seorang putri.”
Putri tersebut dinamai Malati. Akan tetapi karena ia
dilahirkan berkat anugrah dari dewi Parvati,
ia lebih dikenal dengan sebutan Savitri.
Ketika Savitri tumbuh dewasa,ia menikah dengan Satyavana,putra dari raja Dyumatsena.
Rsi
Narada mengunjungi mereka dan
mengatakan bahwa Satyavana akan
meninggal dalam waktu satu tahun.
Mendengar hal itu,Savitri dan Satyavana pergi kehutan untuk mempersiapkan diri menghadapi
kematian. Ketika masa hidupnya tinggal empat hari lagi, Savitri melaksanakan upacara ritual yang disebut dengan nama Savitri vrata. Dalam melaksanakan vrata tersebut,mereka berpuasa selama
tiga hari.
Pada hari keempat dan hari terakhir,
Satyavana mengumpulkan
makanan,akar-akaran dan buah-buahan dari hutan dan Savitri juga menemani suaminya. Ketika merasa lelah, Savitri duduk dipinggir telaga. Satyavana melanjutkan mengumpulkan
makanan dan kayu bakar dekat telaga tersebut. Ia kemudian mengalami sakit
kepala yang hebat.
“Savitri,” ia berkata,”aku tidak tahan lagi dengan sakit ini.
Ijinkanlah aku merebahkan kepalaku diatas pangkuanmu.”
Ketika Satyavana merebahkan kepalanya dipangkuan Savitri, yama datang menjemputnya. Kulit yama berwarna hitam dan ia
berpakaian serba kuning. Mahkotanya keemasan. Gelang melingkari lengannya dan
kalung bergantungan dilehernya.
Pada setiap badan manusia ada suatu
kesatuan yang hanya berukuran sepanjang jari. Inilah bagian badan yang akan
diambil oleh yama dan dibawa kesurga. Ketika hal ini dilakukan, jasad kita akan
tetap ada dibumi. Yama kemudian mengikat roh Satyavana dengan tali dan siap membawanya ketempat kediamannya.
Saat yama pergi, Savitri mengikutinya.
“Engkau akan pergi kemana?”tanya yama
“Aku akan mengikuti suamiku,”jawab Savitri.”Tugas utama dari seorang istri
adalah melayani suaminya. Karena suamiku telah meninggal,aku harus ikut
dengannya.”
“Aku kagum dengan kesetiaanmu,”kata Yama.”mintalah anugrah dan aku akan menganugrahkannya
kepadamu. Satu hal yang tak dapat kau pinta adalah agar Satyavana dihidupkan kembali.”
“Ayah mertuaku telah buta,”jawab Savitri. “Ia tidak dapat lagi menjadi
seorang raja. Berikanlah anugrah agar penglihatan mertuaku pulih lagi sehingga
ia dapat menjadi raja lagi.”
“Aku akan memberikanmu anugrah tersebut,”kata Yama.”sekarang kembalilah. Engkau tidak
akan perlu merasa lelah jika engkau mengikutiku.”
“Bagaimana mungkin aku akan merasa lelah jika aku
mengikutimu?”tanya Savitri.”Engkau
adalah dewa yang utam diantara semua dewa. Mungkinkah aku akan merasa lelah
jika mengikutimu?”
“Hal itu sangat menyenangkan hatiku,” kata Yama. “mintalah anugrah yang lain. Akan
tetapi jangan meminta Satyavana
dapat hidup lagi.”
“Ayahku tidak memiliki putra,”jawab Savitri. “Berikanlah aku anugrah agar
ia memiliki seratus orang anak.”
“Aku akan memberikan anugrah tersebut,”kata Yama.”Sekarang kembalilah,pergi dan
laksanakan upacara pemakaman terhadap jasad suamimu. Layanilah kedua orang
tuamu dan mertuamu dengan baik. Engkau tidak perlu melelahkan dirimu dengan
mengikutiku.”
“Aku mengucapkan terima kasih atas nasihatmu,”jawab Savitri.”akan tetapi,aku harus
mengatakan bahwa aku tidak lelah. Engkau adalah raja Dharma,dewa kebenaran. Dapatkah orang yang mengikuti orang sepertimu
merasa lelah?”
“Kesetiaanmu sangat mengagumkan,” “mintalah anugrah
yang lain. Akan tetapi jangan meminta Satyavana
untuk dihidupkan lagi.”
“Berikanlah aku anugrah agar Satyavana dan aku dapat memiliki seratus orang anak,”pinta Savitri.
Yama
memberikan anugrah tersebut tanpa memikirkannya terlebih dahulu dan Savitri kemudian menyatakan bahwa
bagaimana mungkin Yama menyetujui
hal itu jika Satyavana telah mati.
Yama tidak memiliki pilihan lain dan ia menghidupkan kembali Satyavana.
Yama
memberkati Savitri dan ia pun pergi.
Pada akhirnya, Satyavana dan Savitri memiliki seratus orang anak
yang diberi nama Malava. Savitri adalah contoh kesetiaan seorang
wanita yang patut ditiru.
(Cerita tentang Savitri ini
diceritakan kembali berdasarkan cerita yang diambil dari Mahabharata.)
Matsya
Purana juga memuat upacara-upacara ritual yang dilaksanakan oleh raja dan
melukiskan berbagai jenis pertanda buruk yang merupakan interpretasi terhadap
mimpi.
Vali
Ada raksasa yang
bernama Vali yang merupakan garis
keturunan Hiranyakasipu. Dengan
kekuatannya,ia menyerang para dewa dan mengusir mereka keluar dari surga.
Ibu dari semua para dewa adalah Aditi dan ia merasa sangat sedih
melihat penderitaan anak-anaknya. Ia kemudian memohon dewa Visnu agar dia diberi seorang anak yang sangat sakti,yang dapat
mengalahkan para raksasa,terutama Vali.
Aditi kemudian melaksanakan meditasi selma seribu
tahun.
Visnu
sanagt senang denagn permohonannya dan beliau muncul dihadapan Aditi. “Anugrah apakah yang engkau
inginkan?”ia berkata.
“Para raksasa telah menyerang
anak-anakku,”jawab Aditi.
“anugrahilah aku seorang putra yang dapat mengalahkan para raksasa tersebut.”
“Jangan bersedih,”kata Visnu.”aku sendiri akan lahir sebagai
putramu. Aku akan membasmi para raksasa tersebut.”
Engkau mungkin masih ingat bahwa
suami Aditi adalah rsi Kasyapa.
Kasyapa dan Aditi memiliki seorang anak. Anak tersebut cebol(vamana)
Pada suatu hari, Vali melaksanakan yajna dan si cebol
juga menghadiri yajna tersebut. Pada
saat melakukan yajna,Vali memutuskan
bahwa ia tidak akan menolak keinginan siapapun. Sukracarya adalah penasehat para raksasa dan ia juga adalah guru
dari para raksasa tersebut. Sukracarya
melihat adanya tipu muslihat dan orang cebol
itu tidak lain adalah Visnu. Ia
berusaha melindungi Vali dan
mengingatkan Vali agar tidak
memberikan anugrah terhadap orang cebol tersebut.
Akan tetapi, Vali tidak mendengarkan larangan tersebut.”Visnu adalah raja dari segalanya,”ia berkata.”aku akan sangat
beruntung jika ia datang meminta anugrahku dalam yajna ini dalam wujud seorang
anak kecil. Bagaimana mungkin aku dapat menolak keinginannya?”
Vali
menyambut orang cebol itu dengan
persembahan.”apakah keinginanmu?”ia berkat.”Tugasku adalah memenuhi segala
keinginanmu.”
“Keinginanku tidak banyak,”jawab si cebol.”Aku tidak menginginkan emas,beras,gajah,ataupun kuda. Hal yang
paling aku inginkan adalah tanah yang ditutupi oleh tiga tapak kakiku.”
“Aku akan memberikannya,”kata Vali.
Setelah berkata demikian,orang cebol tersebut merubah wujudnya menjadi
sangat besar. Kepalanya dapat mencapai langit. Dengan satu tapak kakinya, Visnu dapat melewati tiga dunia.
Kemudian Vali menganugrahkan ketiga
dunia tersebut kepada Visnu dan para
raksasa tidak memiliki tempat tinggal.
Visnu
sangat kagum dengan kemurahan hati Vali.
Ia kemudian mengatakan bahwa para raksasa dapat tinggal di alam bawah. Dan
surga dikembalikan kepada dewa Indra.
Inilah cerita inkarnasi Visnu sebagai orang kerdil(Vamana).
Inkarnasi sebagai Babi
Hutan
Pada akhir dari kalpa yang terakhir, bumi mengalami
kerusakan dan banjir yang sangat berat. Visnu
sendiri tidur diatas air dalam wujudnya sebagai Narayana.
Ketika waktu untuk mencipta mulai, Brahma muncul dalam sebutir telur.
Semua dunia dan mahluk hidup yang akan mendiami dunia tersebut juga ada dalam
telur tersebut. Akan tetapi sebelum penciptaan tersebut dimulai, bumi harus
diciptakan sehingga mahluk hidup memiliki sebuah tempat untuk didiami.
Saat bumi pertama kali diciptakan,
bumi memiliki jajaran gunung – gunung yang banyak dan gunung – gunung ini
sangat berat. Pada akhirnya, bumi tak dapat menahan beratnya gunung – gunung
tersebut sehingga bumi pada akhirnya tenggelam kedalam air. Ia turun jauh
sampai ke alam bawah. Bumi mulai memuja Visnu
agar ia diselamatkan.
Visnu
kemudian merubah wujudnya dalam wujud babi hutan raksasa (Varaha). Ia masuk kedalam air dan
mengangkat bumi keatas dengan taringnya. Visnu
membiarkan bumi beristirahat diatas air dan mengurangi berat gunung
tersebut.
Ini adalah cerita inkarnasi Visnu sebagai babi hutan.
(cerita ini kurang memuaskan karena
pada umumnya cerita ini dikaitkan dengan raksasa Hiranyaksa saudara dari Hiranyakasipu.
Ia mencuri bumi dan memenjarakannya di alam bawah. Ia juga mencuri Veda. Visnu kemudian membunuh Hiranyaksa
dalam wujudnya sebagai babi hutan serta menyelamatkan bumi dan Veda. Cerita Hiranyaksa dapat ditemukan dalam beberapa purana misalnya dalam Visnu Purana.)
Pengadukan Samudra
Para raksasa dan para dewa berperang
sepanjang waktu. Dalam peperangan tersebut, para dewa dan para raksasa banyak
yang mati. Hal ini tidak berpengaruh banyak bagi para raksasa karena gurunya Sukracarya memiliki ilmu mrtasanjivani yang dapat menghidupkan
para raksasa yang sudah mati. Akan tetapi, para dewa yang mati akan tetap mati.
Para dewa meminta nasehat dewa Brahma. “menyatulah sementara waktu dengan para raksasa,” kata Brahma. “menyatu dengan mereka dan
aduklah samudra. Pengadukan samudera ini akan membuat kalian abadi dan engkau
tidak perlu lagi takut kepada para raksasa.”
Para dewa pergi mengunjungi Vali, raja para raksasa untuk mengadakan perjanjian dan Vali
menyetujui gencatan senjata tersebut. Persiapan unutk mengaduk samudera pun
dilakukan. Gunung Mandara digunkan sebagai tongkat pengaduk dan naga Vasuki setuju digunakan sebagai tali.
Masalahnya adalah gunung mandara tidak memiliki dasar dan tanpasa dasar,
puncaknya tak dapat bergerak dan pengadukan samudera tersebut tak dapat
dilaksanakan.
Visnu
kemudian merubah wujudnya menjadi kura-kura yang sangat besar (kurma). Punggung
kura-kura tersebut digunakan sebagai dasar gunung mandara. Pengadukan samudera
pun dimulai. Para dewa memegang ekor Vasuki
dan para raksasa memegang kepala vasuki. Penfgadukan itu berlangsung selama
seribu tahun para dewa.
Benda pertama yang muncul akibat pengadukan samudera
tersebut adalah bulan, candra. Disamping itu, ada cerita yang tidak diceritakan
dalam matsya purana yaitu candra dikutuk agar tenggelam ke dalam samudera.
Kemunculannya dalam pengadukan samuderamerupakan kelahirannya kembali. Siva
kemudian menggunkaan candra sebagai hiasan diatas kepalanya. Laksmi, dewi
kekayaan dan kesuburan muncul kemudian dan menyatu dengan dewa wisnu. Dewa yang
muncul selanjutnya dalam pengadukan samudera tersebut adalah sura, dewi anggur