SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN
ANAK DIDIK DI SEKOLAH DALAM MENGHADAPI MASALAH GLOBALISASI
Dosen Pengampu : Ni Wayan Budiasih, S.Pd, M.Ag
OLEH KELOMPOK IV
1.
Ni Made Ayu
Widiasih (10.1.1.1.1.3827)
2.
Gede Angga
Damendra (10.1.1.1.1.3828)
3.
I Putu Kris
Juniardi (10.1.1.1.1.3829)
4.
Kadek handara (10.1.1.1.1.3830)
5.
Luh apriantini (10.1.1.1.1.3831)
6.
Kadek iwan
suarcahyana (10.1.1.1.1.3832)
7.
Komang sudiasa (10.1.1.1.1.3833)
8.
I gusti Putu
Arya Wibawa (10.1.1.1.1.3834)
9.
Ni kadek
cintiani (10.1.1.1.1.3836)
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS DHARMA
ACARYA
INSTITUT HINDU
DHARMA NEGERI DENPASAR
DENPASAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari sosiologi, sesungguhnya
secara tidak sadar telah mengetahui sedikit tentang sosiologi. Selamanya
hidupnya, dia telah menjadi anggota masyarakat dan sudah mempunyai
pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Sejak
lahir di dunia, dia sudah berhubungan dengan orang tuanya misalnya, dan semakin
meningkat usianya, bertambah luas pulahlah pergaulannya dengan manusia lain di
dalam masyarakat. Dia juga menyadari, bahwa kebudayaan dan peradaban dewasa ini
merupakan hasil perkembangan masa-masa yang silam. Secara sepintas lalu diapun
mengetahui bahwa di dalam berbagai hal dia mempunyai persamaan-persamaan dengan
orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia mempunyai sifat-sifat yang
berlaku bagi dirinya sendiri sehigga berbeda dengan orang lain. Semuanya
merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis oleh karena ikut sertanya dia di
dalam hubungan-hubungan sosial, dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan
kesadaran akan adanya membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadaran akan
adanya persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain, semua itu memberikan
gambaran tentang obyek yang dipelajarinya yaitu sosiologi.
Sosiologi merupakan
suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama
(Soekanto:2000:2). Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat
manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perhatian. Awal mulanya,
orang-orang yang meninjau masyarakat, hanya tertarik pada masalah-masalah pada
yang menarik perhatian, umum seperti kejahatan, perang, kekuasaan golongan yang
berkuasa, keagamaan dan lain sebagainya. Dari pemikiran serta penilaian yang
demikian itu, orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan, di mana
orang menguraikan harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat
yang diingini atau yang ideal. Dengan demikian timbulah perumusan nilai-nilai
dan kaidah-kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya
dengan manusia lain dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai dan kaidah-kaidah mana
dimaksdukan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai bagi semua
manusia selama hidup di dunia ini.
Pitirim Sorokin dalam
bukunya Soekanto dalam bukunya yang berujudul sosiologi suatu pengantar
mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari : hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya, antara
gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak
masyarakat dengan politik dan lain sebagainya. Hubungan dan pengaruh
timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya
gejala geografis, biologis dan sebagainya). Ciri-ciri umum semua jenis
gejala-gejala sosial. Selain itu juga Roucek dan Warren mengemukakkan bahwa
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok (Soekanto:2000:22).
Manusia senantiasa
mempunyai naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Apabila
dibandingkan dengan mahluk hidup lain seperti hewan, misalnya manusia tidak
akan mungkin hidup sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan “mati”,
manusia yang “dikurung” sendirian di suatu runagan tertutup, pasti akan
mengalami gangguan pada perkembangann pribadinya, sehingga lama kelamaan dia
akan “mati”.
Semenjak dilahirkan
manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawan, sehingga dia disebut social animal. Sebagai social animal
manusia mempunyai naluri yang disebut gregariousness.
Pada hubungan antara manusia dengan sesamnya, agaknya yang penting adalah
reaksi yang timbul sebagai akibat adanya hubungan tadi. Reaksi-reaksi itu
mengakibatkan bertambah luasnya sikap tindak seseorang. Dalam hal ini
menyangkut pautkan dengan judul “Perkembangan anak didik di sekolah dalam
menghadapi masalah di era Globalisasi”.
2.1
Rumusan Masalah
2.1.1 Apa pengertian dari sosiologi
pendidikan ?
2.1.2 faktor apa saja yang menyebabkan
anak atau remaja merasa tidak nyaman atau damai dalam masyarakat?
2.1.3 bagaimana peranan positif dan
negatif Klik terhadap remaja dalam membangkitkan motivasi belajar dan
keberhasilan studi?
2.2
Tujuan Penulisan
2.2.1 untuk mengetahui pengertian sosiologi
pendidikan
2.2.2 untuk mengetahui faktor penyebab anak atau
remaja merasa tidak nyaman atau damai dalam keluarga.
2.2.3 untuk mengetahui peranan positif dan negatif
Klik terhadap remaja dalam membangkitkan motivasi belajar dan keberhasilan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sosiologi Pendidikan
Berikut ini adalah beberapa
pengertian-defenisi sosiologi pendidikan menurut para ahli:
1.
F.G. Robbins, pengertian sosiologi pendidikan adalah
sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika
proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat
pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya
dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan
kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses
pendidikan.
2.
H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology”
dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied
sociology.
3.
Pro f. DR S. Nasution,M.A., Pengertian Sosiologi
Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan
proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi
khusus adalah sosiologi pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi
pendidikan meliputi : 1) interaksi guru-siswa; 2) dinamika kelompok di kelas
dan di organisasi intra sekolah; 3) struktur dan fungsi sistem pendidikan dan;
4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Wujud dari sosiologi
pendidikan adalah tentang konsep proses sosial.
Proses sosial
dimulai dari interaksi sosial yang didasari oleh faktor-faktor berikut:
1. Imitasi atau peniruan
1. Imitasi atau peniruan
2. Sugesti, yang akan terjadi apabila jika seorang
anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa
atau berwenang atau mayoritas.
3. Identifikasi, yang berusaha menyamakan dirinya denga orang lain secara sadar ataupun di bawah sadar.
3. Identifikasi, yang berusaha menyamakan dirinya denga orang lain secara sadar ataupun di bawah sadar.
4. Simpati, yang akan terjadi manakala seseorang
merasa tertarik kepada orang lain.
Untuk mempermudah sosialisasi dalam pendidikan, maka seorang guru harus menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri peserta didik. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu : 1) kontak antarindividu; 2) kontak antarindividu dengan kelompok atau sebaliknya; 3) kontak antarkelompok.
Kini kita lanjutkan dengan pembahasan kelompok sosial, dimana kelompok sosial ini berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, atau karena cita-cita yang sama. Dalam dunia pendidikan kelompok sosial ini dapat berbentuk kelompok personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa, kelas, subkelas, kelompok belajar di rumah dan sebagainya.
Berbicara tentang dinamika kelompok, maka perlu diketahui tentang istilah dinamika yang stabil. Suatu kelompok sosial dinamis yang stabil, artinya kelompok ini berusaha maju mengikuti arah perkembangan zaman atau mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi dengan tetap memperhatikan kestabilan kelompok. Wuradji (1988) menyebutkan tiga prisip yang melandasi kestabilan kelompok, yaitu integritas, ketenangan dan konsensus.
Untuk menciptakan dinamika yang stabil di sekolah, sebaiknya sekolah sebagai micro order atau keteraturan kecil (Broom,1988) atau sekolah kecil sebagai masyarakat kecil.Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai, dan sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada peserta didik di sekolah. Wuradji (1988) mengemukakan sekolah sebagai kontrol sosial dan sebagai perubahan sosial. Tugas-tugas pembinaan mental tersebut harus sejalan dengan salah satu pasal dalam UU pendidikan RI yang mengatakan bahwa sekolah/pemerintah, orang tua, siswa dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan.
Untuk mempermudah sosialisasi dalam pendidikan, maka seorang guru harus menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri peserta didik. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu : 1) kontak antarindividu; 2) kontak antarindividu dengan kelompok atau sebaliknya; 3) kontak antarkelompok.
Kini kita lanjutkan dengan pembahasan kelompok sosial, dimana kelompok sosial ini berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, atau karena cita-cita yang sama. Dalam dunia pendidikan kelompok sosial ini dapat berbentuk kelompok personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa, kelas, subkelas, kelompok belajar di rumah dan sebagainya.
Berbicara tentang dinamika kelompok, maka perlu diketahui tentang istilah dinamika yang stabil. Suatu kelompok sosial dinamis yang stabil, artinya kelompok ini berusaha maju mengikuti arah perkembangan zaman atau mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi dengan tetap memperhatikan kestabilan kelompok. Wuradji (1988) menyebutkan tiga prisip yang melandasi kestabilan kelompok, yaitu integritas, ketenangan dan konsensus.
Untuk menciptakan dinamika yang stabil di sekolah, sebaiknya sekolah sebagai micro order atau keteraturan kecil (Broom,1988) atau sekolah kecil sebagai masyarakat kecil.Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai, dan sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada peserta didik di sekolah. Wuradji (1988) mengemukakan sekolah sebagai kontrol sosial dan sebagai perubahan sosial. Tugas-tugas pembinaan mental tersebut harus sejalan dengan salah satu pasal dalam UU pendidikan RI yang mengatakan bahwa sekolah/pemerintah, orang tua, siswa dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas
mengenai pengertia sosiologi pendidikan, jadi sosiologi pendidikan adalah suatu
ilmu yang di dalamnya terdapat cara-cara untuk mengendalikan proses pendidikan
dalam mengembangkan atau mengolah prilaku seseorang individu maupun kelompok.
2.2 faktor Penyebab anak atau remaja merasa tidak
nyaman dalam keluarga.
Suatu
tunjauan sosiologis berarti sorotan yang didasarkan pada hubungan antar
manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar mansuia dengan kelompok,
di dalam proses kehidupan bermsayarakat. Di dalam pola hubungan-hubungan
tersebut yang lazim disebut interaksi sosial anak dan remaja merupakan salah
satu pihal, disamping adanya pihak-pihak lain. Pihak-pihak tersebut saling
mempengaruhi , sehingga terbentuklah kepribdian-kepribdian tertentu sebagai
akibatnya.
Proses
saling mempengaruhi melibatkan unsur-unsur yang baik dan benar, serta
unsur-unsur lain yang dianggap salah dan buruk. Unsur-unsur manakah yang lebih
berpengaruh, biasanya tergantung dari mentalistas pihak yang menerima. Artinya
sampai sejauh manakah pihak penerima mampu menyaring unsur-unsur luar yang
diterimanya melalui proses pengaruh mempengaruhi.
Di
dalam proses interaksi yang melibatkan anak dan remaja, terjadi proses
sosialaisasi tersebut merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar pihak yang
dididik atau diajak, kemudian mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang
berlaku dan dianut oleh masyarakat. Tujuan pokok adanya sosialisasi tersebut
bukanlah semata-mata agar kaidah-kaidah dan nilai-nilai diketahui serta
dimengerti. Tujuan akhir adalah agar manusia bersikap tindak sesuai dengan
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku serta agar yang bersangkutan
mengahargainya.
Di
dalam proses sosialisasi khusunyaa yang tertuju pada anak dan remaja terdapat
berbagai pihak yang mungkin berperan. Pihak-pihak tersebut dapat disebut
sebagai lingkungan-lingkungan sosial tertentu dan pribadi-pribadi tertentu.
Tinjauan sosiologis lebih memusatkan perhatian pada lingkungan ini, tanpa
mengabaikan peranan pribadi-pribadi yang tidak mustahil mempunyai pengaruh yang
lebih besar.
Sebab
ini akan menyoroti berbagai lingkungan sosial di dalam mempengaruhi tumbuhnya
motivasi dan keberhasilan studi anak dan remaja. Kiranya jelas bahwa ada
pengaruh yang menunjang dan ada yang menghalangi, kedua-duanya akan dijelaskan
dengan cara mengungkapkan peranan yang diharapkan dari lingkungan-lingkungan
tersebut dan peranan yang nyata atau sesungguhnya yang terungkap dalam pola
perilaku. Lingkungan-lingkungan yang akan disoroti adalah
a. Orang
tua, saudara-saudara dan kerabat dekat
b. Kelompok
sepermainan
c. Kelompok
pendidik (sekolah)
Sudah
tentu pula perlu dicatat, bahwa lingkungan-lingkungan tersebut diatas juga
dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang lebih besar, seperti misalnya,
lingkungan tetangga, lingkungan bekerja, lingkungan organisasi, lingkungan
masyarakat dan bagian-bagiannya, maupun negara sebagai lingkungan sosio ekonomi
politik. Lagi pula perlu dicatat lagi.
1.
Orang
tua, saudara-saudara dan kerabat dekat
Di
dalam keadaan yang nromal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak
adalah ornag tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua (kalau ada) serta
mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah si
anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku
sehari-hari. Melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal.
Orang tua, saudara maupun kerabat terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya
untuk mendidik anak, supaya anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup
yang benar dan baik, melalui penanaman
disiplin dan kebebasan serta penyersiannya. Pada saat ini orang tua, saudara
maupun kerabat melakukan sosialisasi yang biasa diterapkan melalui kasih
sayang. Atas dasar kasih sayang itu, anak dididik untuk mengenal nilai-nilai
tertentu, seperti nilai ketertiban dan ketentraman, nilai kebendaan dan
keaklhlakan, nilai kelestarian dan kebaruan dan seterusnya. Pada nilai
ketertiban dan ketentraman ditanamkan perilaku disipliner dan perilaku bebas
yang senantiasa harus diserasikan. Contoh nilai kebendaan dan nilai keakhlakan
serta penyerasian dapat ditanamkan dengan jalan membelikan mainan yang
diinginkannya, akan tetapi mainan itu harus dipelihara baik-baik agar tidak
cepat rusak. Kalau mainan itu dirusaknya, maka orang tua harus dapat menahan
diri untuk segera membelikan mainan yang baru. Melalui cara-cara itu pula nilai
kelestarian dan kebaruan dapat ditanamkan mealui perilaku teladan yang
sederhana.
Apabila
usia anak meningkat ke umur remaja, maka penanaman nilai-nilai tersebut diatas
harus tetap dipertahankan, kaan tetapi dengan cara-cara lain, sesuai dengan
pertumbuhan jiwa remaja tersebut. Secara psikologis usia remaja merupakan umur
yang adianggap “gawat”, oleh karena yang bersangkutan sedang menacari
identitasnya. Untuk keperluan mana harus tersedia tokoh-tokoh ideal yang pola
perilakunya terpuji. Pertama-tama dia akan berpaling pada lingkungan yang
terdekat dengannya, yakni orang tua, saudara-saudaranya dan mungkin juga
kerabat dekatnya. Apabila idealis menyatidak terpenuhi oleh lingkungan
terdekatnya, maka dia akan berpaling ke lingkungan lain ( yang belum tentu
benar dan tidak). Oleh karena itu maka lingkungan terdekat senantiasa harus
siap untuk membantu sang remaja. Remaja lebih banyak memerlukan pengertian
daripada sekedar pengetahuan saja, dia harus mengerti mengapa manusia tidak
boleh terlalu bebas terlalu bebas dan juga tidak boleh terlalu terikat
(disiplin). Memang orang tua kadang-kadang lebih mementingkan disiplin atau
keterikatan daripada kebebasan sedangkan remaja lebih menyukai kebebasan
daripada displin atau keterikatan. Namun manusia memerlukan keduanya dalam
keadaan yang serasi, manusia yang terlalu disiplin hanya akan menjadi “robot”
yang mati daya kreativitasnya sedangkan manusia yang terlalu bebas akan menajdi
mahluk lain (bukan manusia).
Tumbuhnya
motivasi dan keberhasilan studi jurusan justru ditunjang oleh
keserasian-keserasian tersebut diatas. Kalau pada anak orang tualah harus
menanamkan agar si anak berpengetahuan sedangkan pada remaja orang tua harus
memberikan pengertian melalui cara-cara yang dewasa. Anak atau remaja yang
diharuskan belajar terus menerus atau dibebani dengan kewajiban mengikuti
pelajaran tambahan atau ketrampilan tertentu akan mengakibatkan kebosnaan
sehingga pekerjaan tersebut dianggapnya sebagai kegiatan rutin belaka. Dia
tidak sempat mengenyam kebebasan berfikir oleh karena selalu dibebani dengan
keterikatan dimana orang tua senantiasa memegang peranan penting yang
menentukan di dalam mengambil suatu keputusan. Anak atau remaja tersebut hanya
dilatih untuk berfikir semata-mata tanpa mendidiknya untuk senantisas
menyerasikan fikiran dengan perasaan.
Membiarkan
anak atau remaja bersikap tindak semaunya juga buruk dan tidak benar. Mereka
memerlukan tuntunan orang tua saudara-saudaranya maupun kerabat dekatnya akan
tetapi tuntunan itu tidak diperolehnya. Lingungan yang berpola pikiran demikian
juga tidak menghasilkan pengaruh yang menunjang tumbuhnya motivasi dan
keberhasilan studi karena dilepas begitu saja. Kritik para remaja biasanya
tertuju pada hal-hal sebagai berikut :
a. Orang
tua terlalu konservatif atau terlalu liberal
b. Orang
tua hanya memberikan nasehat tanpa memberikan contoh yang mendukung nasihat
tersebut.
c. Orang
tua terlalu mementingkan pekerjaan di kantor organisasi dan lain sebagainya
d. Orang
tua mengutamakan pemenuhan kebutuhan material belaka.
e. Orang
tua lazimnya mau “menangnya” sendiri (artinya tidak mau menyesuaikan diri
dengan kebutuhan dasar remaja yang mungkin berbeda).
Suasana
keluarga yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi adalah keadaan yang
menyebabkan anak atau remaja merasa dirinya aman atau damai bila berada di
tengah keluarga tersebut. Suasana tersebut biasanya terganggu apabila :
a. Tidak
ada saling pengertian atau pemahaman mengenai dasar-dasar kehidupan bersama.
b. Terjadinya
konflik mengenai otonomi disatu pihak orang tua ingin agar anaknya dapat
mandiri namun di dalam kenyataannya mereka mengekangnya.
c. Pengendalian
dan pengawasan orang tua yang berlebihan
d. Tidak
adanya rasa kebersamaan dalam keluarga.
e. Terjadinya
masalah dalam hubungan antara ayah dengan ibu, sebagai suami dan istri.
2.
Kelompok
Sepermainan
Kelompok sepermainan
dan peranannya belum begitu tampak pengaruhnya pada masa kanak-kanak, walaupun
dalam masa itu seorang anak sudah mempunyai sahabat-sahabat yang terasa dekat
sekali dengannya. Sahabat itu mungkin adalah anak tetangga, teman satu kelas,
anak kerabat, dan seterusnya. Persahabatan itu adakalanya diteruskan hingga
pada pada usia remaja. Lazimnya sahabat tersebut terdiri dari tidak lebih dari
tiga orang yang sejenis. Sahabat-sahabat itu memang diperlukan sebagai
penyaluran berbagai aspirasi yang memperkuat unsur-unsur kepribadian yang
diperoleh dari rumah. Sudah tentu bahwa sahabat tersebut cenderung memberikan
pengaruh yang baik dan benar. Walaupun tidak mustahil bahwa ada sahabat yang
akan menunjang motivasi dan keberhasilan studi, oleh karena dengan mereka
biasanya terjadi proses saling mengisi, yang mungkin berbentuk persaingan yang
sehat. Tidak jarang bahwa sahabat yang baik merupakan unsur penggerak untuk
belajar dan menyelesaikan tugas-tugas lainnya dengan sebaik mungkin.
Selanjutnya mungkin
kelompok sahabat tersebut berkembang dengan lebih luas, oleh karena menjadi
satu dengan kelompok-kelompok sahabat lainnya. Perkembangan lebih luas itu
antara lain disebabkan karena remaja bertambah luas ruang lingkup pergaulannya,
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kelompok-kelompok yang lebih besar yang
lazimnnya disebut klik (clique)
tersebut secara ideal mempunyai peranan yang positif dalam membangkitkan
motivasi belajar dan keberhasilan studi.
3.
Kelompok
Pendidik (Sekolah)
Kelompok pendidik sebenarnya tidak hanya
mencakup sekolah saja, oleh karena sekolah hanya menyelenggarakan pendidikan
formal. Namun di dalam makalah ini pembicaraan hanya akan dibatasi pada
kelompok pendidik atau guru yang mengajar di sekolah, yang diharapkan
menciptakan suatu suasana yang sangat mendorong motivasi dan keberhasilan studi
anak didiknya.
Pada
sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan awal seperti Taman Kanak-kanak,
Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, peranan guru sangat besar
dan bahkan dominan. Pada taraf pendidikan formal tersebut, guru mempunyai
peranan yang cenderung mutlak di dalam membentuk dan mengubah pola perilaku
anak didik. Dengan demikian, maka hasil daripada kegiatan guru tersebut akan
tampak nyata pada kadar motivasi dan keberhasilan studi pada taraf itu, yang
mempunyai pengaruh yang sangat besar pada tahap-tahap pendidikan selanjutnya.
Keadaan
berubah setelah anak (yang sudah menjadi remaja) memasuki Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas. Peranan guru di dalam membentuk dan mengubah perilaku anak didik,
dibatasi dengan peranan anak didik itu sendiri di dalam membentuk dan mengubah
perilakunya. Sudah tentu bahwa guru masih tetap berperan di dalam hal
membimbing anak didiknya agar mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan
studinya dengan benar dan baik. Setidak-tidaknya itulah yang menjadi peranan
yang sangat diharapkan dari guru di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Pada
tahap ini para siswa yang terdiri dari para remaja sudah mulai mempunyai sikap
tertentu terhadap gurunya; kepribadiannya mulai terbentuk dan menuju
kemandirian. Oleh karena itu para remaja mulai mengritik keadaan sekolah yang
kadang-kadang tidak memuaskan baginya. Lazimnya kritik tersebut dilancarkan
terhadap hal-hal, sebagai berikut :
a. Guru-guru
terlampau tua, masih mengembangkan favoritisme terhadap murid-murid dan hanya
melakukan tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin yang tidak berkembang.
b. Kebanyakan
guru tidak mau mencari penyerasian nilai dengan anak didik, akan tetapi
cenderung senantiasa membenarkan nilai-nilai yang dianut golongan tua.
c. Mata
pelajaran yang diajarkan kebanyakan merupakan mata pelajaran wajib, sehingga
tidak ada peluang untuk mengembangkan bakat.
d. Di
dalam proses belajar mengajar lebih banyak dipergunakan metode ceramah,
sehingga kemungkinan mengadakan diskusi dengan guru sedikit sekali.
e. Kesempatan
yang diberikan kepada siswa untuk ikut serta mengelola sekolah hamper-hampir
tidak diberikan.
f. Jarak
antara guru dengan siswa dipelihara sedemikian rupa, sehingga yang lazim adalah
hubungan yang dilakukan secara formal.
2.3
Peranan positif klik terhadap remaja antara lain sebagai berikut :
a. Rasa
aman dan rasa dianggap penting berasal dari keanggotaan suatu klik tertentu,
hal mana penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
b. Di
dalam klik tersebut seorang remaja dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa
takut, rasa khawatir, rasa gembira dan lain sebagainya, dengan mendapatkan
tanggapan yang wajar dari rekan-rekannya se klik.
c. Klik
memungkinkan remaja mengembangkan kemampuan dalam keterampilan-keterampilan
sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
d. Lazimnya
suatu klik mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong
remaja untuk bersikap tindak secara dewasa.
e. Rasa
aman yang ditimbulkan karena remaja diterima oleh kliknya akan menimbulkan
dorongan untuk hidup secara mandiri ( artinya tidak tergantung pada siapa pun
).
Namun
di balik peranan yang positif itu, harus dipertimbangan pula bahwa kemungkinan
timbulnya peranan yang negative tetap akan ada. Kemungkinan terjadinya
peranan-peranan yang negative itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh
orang tua, para guru, dan pihak-pihak lain yang merasa bertanggung jawab
terhadap masa depan yang benar dan baik dari para remaja. Hal-hal yang negative
itu adalah, antara lain, sebagai berikut :
a. Klik
mendorong anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota klik (
hal ini mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil ).
b. Klik
mendorong terjadinya individualism, oleh karena rasa kepatuhan hanya
dikembangkan secara pribadi (individual).
c. Kadang-kadang
timbul rasa iri hati dari anggota-anggota klik yang berasal dari keluarga yang
kurang mampu, terhadap mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.
d. Kesetiaan
terhadap klik kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan orang
tua, saudara atau kerabat.
e. Klik
merupakan suatu kelompok tertutup yang sulit sekali ditembus, sehingga
penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh pihak luar.
f. Suatu
klik mendorong anggota-anggotanya untuk menyerasikan diri dengan pola kehidupan
yang sama latar-belakangnya, sehingga sulit untuk mengadakan penyesuaian dengan
pihak-pihak yang berbeda latar-belakangnya.
Kalau
seorang remaja menjadi anggota klik tertentu, maka orang tua sebaiknya
mempertimbangkan secara mantap terlebih dahulu, sebelum memberikan suatu
keputusan. Kalau klik tersebut memang cenderung kurang baik sehingga mungkin
berkembang menjadi “gang”, maka remaja harus diberi pengertian yang mendalam
bahwa sebaiknya dia tidak menjadi anggota klik tersebut dan lebih baik mencari
teman-teman lain. Namun, kalau ternyata bahwa klik tersebut lebih banyak
menghasilkan hal-hal yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi, maka
hendaknya si remaja dibiarkan menjadi anggota klik tersebut. Hal itu bukanlah
berarti bahwa klik akan dapat menggantikan peranan orang tua terhadap anaknya
yang remaja; kontak dan komunikasi dengan anak masih tetap harus dipelihara dan
dikembangkan. Peranan orang tua terhadap anak (baik yang masih kanak-kanak
maupun yang sudah remaja) tidak dapat digantikan secara utuh oleh pihak-pihak
lain. Oleh karena itu, maka apabila salah seorang orang tua menikah lagi
(karena pihak lain meninggal dunia atau karena perceraian), maka diperlukan
suatu proses penyesuaian yang sangat mendalam.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hal-hal yang
diceritakan di atas merupakan sebagian kecil dari masalah-masalah yang dihadapi
dalam pendidikan anak dan remaja, yang berasal dari rumah, lingkungan
sepermainan anak dan remaja itu maupun sekolahnya. Di dalam menelaah
masalah-masalah tersebut seyogyanya diadakan pemisahan yang tegas antara
pengaruh yang negative dan positif terhadap motivasi dan keberhasilan studi,
walaupun hal itu mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut orang tua.
Orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dan keberhasilan
studi anak dan remaja. Tidak ada pihak lain yang akan dapat menggantikan
peranan orang tua dengan seutuhnya. Keberhasilan orang tua di dalam menunjang
motivasi dan keberhasilan studi terletak
pada eratnya hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua merupakan
tempat anak berlindung dan mendapatkan kedamaian melalui keserasian antara
ketertiban dengan ketenteraman, dengan mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang
dating dari luar rumah.
DAFTAR
PUSTAKA
Soekanto, 2000. Sosiologi
Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta
www. Wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar