PSIKOLOGI
PENDIDIKAN II
TEORI
BELAJAR BERMAKNA
DOSEN
PENGAMPU : I KETUT PASEK GUNAWAN S.pd.H
OLEH
:
KOMANG SUDIASA
10.1.1.1.1.3833
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
INSTITUTE
HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
David
Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. inilah yang membedakan
Ausubel dari teoriawan – teoriawan lainnya yang hanya berlatar belakang
psikologi, tetapi teori – teori mereka diterjemahkan dari dunia psikologi ke
dalam penerapan pendidikan. Ausubel memberi penekanan pada “belajar bermakna”,
serata retensi dan variabel-variabel yang berhubungan dengan macam belajar ini.
Dalam makalah ini akan dibahas prinsip-prinsip belajar menurut Ausubel, yaitu
belajar bermakna, belajar hafalan, pristiwa subsumi, diferensi progresif,
penyesuaian integratif, belajar superordinat, pengatur awal, serta bagi mana
teori ini diterapkan dalam mengajar.
1.2 Rumusan
Masalah
1)
Apa Bentuk-bentuk belajar menurut ausubel ?
2)
Apa pengertian belajar bermakna ?
3)
Apa kelemahan dari belajar bermakna ?
1.3 Tujuan
penulisan
1)
Untuk mengetahui bentuk-bentuk belajar
2)
Untuk mengetahui pengertian belajar bermakna
3)
Untuk mengetahui kelemahan dari belajar bermakna.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Bentuk-bentuk belajar.
1)
Belajar bermakna.
Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah
“bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi
baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang
sedang melalui pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh
menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.
Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan
siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh
karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki
para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya.
Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.
2)
Belajar hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep
– konsep relevan atau subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari
secara hafalan. Bila tidak ada usaha untuk mengasilmilasikan pengetahuan baru
pada konsep – konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan
terjadi belajar hafalan. Pada kenyataannya, bayak guru dan bahan-bahan
pelajaran jarang sekali menolong para siswa untuk menentukan dan menggunakan
konsep-konsep relevan dalam struktur kognetif mereka untuk mengasimilasikan
pengetahuan baru, dan akibatnya pada para siswa hanya terjadi belajar hafalan.
3)
Subsumsi dan Subsumsi Obliteratif
Selama
belajar bermakna berlangsung, infirmasi terbaru terkait pada konsep-konsep
dalam struktur kognitif. Untuk menekankan pada fenomena pengaitan ini, ausubel
mengemukakan istilah subsumer. Subsumer memegang peranan dalam proses perolehan
informasi baru. Dalam belajar bermakna subsumer mempunyai peranan interaktif memperlancar
gerakan informasi yang relevan melalui penghalang – penghalang perseptual dan
menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru diterima dan pengetahuan
yang sudah dimiliki sebelumnya. Lagi pula, dalam proses terjadinya kaitan ini,
subsumer itu mengalami sedikit perubahan. Proses interaktif antara materi yang
baru dipelajari dengan subsumer-subsumer inilah yang menjadi inti teori belajar
asimilasi ausubel.
2.2 Pengertian Belajar Bermakna
Belajar menurut Ausubel adalah proses internal yang tidak dapat
diamatisecara langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk
bertingkahlaku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan dalam tingkah laku
hanyalahsuatu reflek dari perubahan internal (berbeda dengan aliran
behaviorisme, alirankognitif mempelajari aspek-aspek yang tidak dapat diamati
secara langsungseperti, pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreativitas,
harapan dan pikiran).38Bermakna menurut Ausubel merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi barupada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorangfaktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar
adalah apa yang telah diketahui siswa.
Pandangan Ausubel agak berlawanan dengan Burner yang beranggapan bahwa
belajar dengan menemukan sendiri (discovery learning) adalah sesuai dengan
hakikat manusia sebagai seorang yang mencari-cari secara aktif dan menghasilkan
pengetahuan serta pemahaman yang sungguh-sungguh bermakna Sedang menurut
Ausubel kebanyakan orang belajar terutama dengan menerimadari orang lain
(reception learning). Kedua pandangan tersebut sangat mirip yakni sebuah
konstruksi pengetahuan baru yang sesungguhnya bergantung pada sistem
pembelajaran yang bermakna. Hanya saja discovery learning Burner menonjolkan
corak berpikir induktif sedangkan reception learning Ausubel menonjolkan corak
berpikir deduktif. Sebagai konsekuensinya, Ausubel mencanangkan mengajar
yangdisebutkan “mengajar dengan menguraikan” (expository teaching). Psikologi
pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum
belajar yang bermakna.
Belajar
bermakna (meaningfull learning) yang digagas David P. Ausubel adalah suatu
proses pembelajaran dimana siswa lebih mudah memahami dan mempelajari, karena
guru mampu dalam memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan mudah
mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya.
Sehingga belajar dengan “membeo” atau belajar hafalan (rote learning) adalah
tidak bermakna (meaningless) bagi siswa. Belajar hafalan terjadi karena siswa
tidak mampu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang lama.
Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur
kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan
mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam
prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam system
pengertian yang telah dipunyainya.
Ausubel
berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui
proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan
lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam
kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi,
diagram dan ilustrasi. Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
1.
Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau siswa menemukan
pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia
kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2.
Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang
dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3.
Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir,
kemudia pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
4.
Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi
pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai
bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya
dengan pengetahuan yang ia miliki.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna
menurut Ausubel, yaitu:
1.Belajar
menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi
belajar bermakna,
2.Tugas-tugas
belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa,
3.Tugas-tugas
belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual
siswa.
Selain itu juga Agar belajar bermakna, maka
materi baru haruslah bertalian dan sebagi bagian dari konsep-konsep yang telah
ada dalam struktur kognisi. Proses yang menghubungkan informasi baru dengan
elemen-elemen dalam struktur kognisi disebut subsumption atau menyatukan
menjadi bagian dari struktur itu. Pentingya konsep prinsip umum adalah untuk
belajar dan mengingat apa yang telah dipelajari ( made pidarta ).
Bedasarkan
Pandangannya tentang belajar bermakna, maka David Ausable mengajukan 4
prinsip pembelajaran, yaitu :
1) Pengatur
awal (advance organizer).
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam
membantu mengaitkan konsep lama denan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
Pemggunaan pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam
materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur.
Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok bahasan sebaiknya
“pengatur awal” itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
2) Diferensiasi
progresif.
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan
kolaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif
dipekenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses
pembelajaran dari umum ke khusus.
3)
Belajar superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang
mengalami petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar
tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru.
Belajar superordinat akan terjadi bila konsepkonsep yang lebih luas dan
inklusif.
4)
Penyesuaian Integratif
Pada suatu sasat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan
bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama
atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi
pertentangan kognitif itu, Ausable mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian
integratif Caranya materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru
dapat menggunakan hiierarkhi-hierarkhi konseptual ke atas dan ke bawah selama
informasi disajikan. Penangkapan (reception learning).
Teori belajar ausubel tentang
belajar bermakna (Meaningful)
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar ,1988 :142) juga menyatakan bahwa agar belajar bermakna terjadi dengan baik dibutuhkan beberapa syarat, yaitu :
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar ,1988 :142) juga menyatakan bahwa agar belajar bermakna terjadi dengan baik dibutuhkan beberapa syarat, yaitu :
(1). Meteri yang akan dipelajari harus bermakna secara
potensial,
(2). Anak yang akan belajar harus bertujuan
melaksanakan belajar bermakna sehingga mempunyai
kesiapan dan niat untuk belajar bermakna.
Dikatakan lebih lanjut oleh Ausubel (Dahar ,1989 :141)
ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu :
(a) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih
lama dapat diingat,
(b) Informasi yang dipelajari secara bermakna
memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang miri,
(c) Informasi yang dipelajari secara bermakna
mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
2.3 Kelemahan teori belajar
Menurut David P. Ausubel, secara
umum kelemahan teori belajar adalah menekankan pada belajar asosiasi atau
menghafal, dimana materi asosiasi dihafal secara arbitrase. Padahal, belajar
seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna. Materi yang dipelajari
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki dalam
struktur kognitifnya (Muhaimin, 2002: 201).
Ausubel memisahkan antara belajar
bermakna dengan belajar menghafal. Ketika seorang peserta didik melakukan
belajar dengan menghafal, maka ia akan berusaha menerima dan menguasai bahan
yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Hal ini berbeda dengan
belajar bermakna, dimana dalam belajar bermakna ini terdapat dua komponen
penting, yaitu bahan yang dipelajari, dan struktur kognitif yang ada pada
individu. Struktur kognitif ini adalah jumlah, kualitas, kejelasan dan
pengorganisasian dari pengetahuan yang sekarang dikuasai oleh individu.
Agar tercipta belajar bermakna, maka
bahan yang dipelajari harus bermakna: istilah yang mempunyai makna,
konsep-konsep yang bermakna, atau hubungan antara dua hal atau lebih yang
mempunyai makna. Selain itu, bahan pelajaran hendaknya dihubungkan dengan
struktur kognitifnya secara substansial dan dengan beraturan. Substansial
berarti bahan yang dihubungkan sejenis atau sama substansinya dengan yang ada
pada struktur kognitif. Beraturan berarti mengikuti aturan yang sesuai dengan
sifat bahan tersebut (Sukmadinata, 2007: 188)
Selaras dengan uraian tersebut,
menurut Reilly dan Lewis, belajar memerlukan persyaratan tertentu, yaitu :
(1) isi pembelajaran dipilih
berdasarkan potensi yang bermakna dan diatur sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik serta tingkat pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya; dan
(2) diciptakan situasi belajar yang
lebih bermakna. Dalam hal ini, faktor motivasi memegang peranan penting karena
peserta didik tidak akan mengasimilasikan isi pembelajaran yang diberikan atau
yang diperoleh apabila peserta didik tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan
bagaimana cara melakukan kegiatan belajar (Muhaimin, 2002: 201).
Lebih lanjut, karakteristik dari
teori belajar bermakna adalah pengaturan kemajuan belajar (advance
organizers). Pengaturan kemajuan belajar ini merupakan kerangka dalam
bentuk abstrak dari apa yang harus dipelajari dan hubungannya dengan apa yang
ada pada struktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Apabila dirancang
dengan baik, advance organizers akan mempermudah peserta didik mempelajari
isi pembelajaran karena kegiatannya sudah diarahkan. Hubungan dengan apa yang
telah dipelajari dan adanya abstrak atau ringkasan mengenai apa yang dipelajari
menyebabkan isi pembelajaran yang baru bukan dipelajari secara hafalan,
melainkan sebagai kelanjutan yang merupakan kesatuan (Muhaimin, 2002: 202).
Singkatnya, inti dari teori David P.
Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna, yaitu suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori belajar bermakna dikemukakan
oleh David Ausubel dimana pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Sedangkan
Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan
generalisasi-generalisasi yang telah dikuasai siswai dan diingat siswa. Suparno
(1997) mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di
mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki
seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh
menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya,
bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan
dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh itu, subjek mesti dikaitkan
dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep
baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor
intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
3.2 Saran
Demikianlah makalah berjudul “TEORI BELAJAR BERMAKNA” ini saya buat berdasarkan sumber-sumber
yang ada. saya juga menyadari, masih ada banyak kekurangan di dalam penulisan
makalah ini. Sehingga perlulah bagi saya, dari para pembaca untuk memberikan
saran yang membantu supaya makalah ini mendekati lebih baik. Atas perhatian
Anda semuanya,saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Landasan pendidikan pidarta
made, penerbit bineka cipta, th 2007
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2184189-teori-belajar-bermakna-david-ausubel/#ixzz1dxVVUOPd.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2184189-teori-belajar-bermakna-david-ausubel/#ixzz1dxVVUOPd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar