UTS SIVA SIDDHANTA
DOSEN
PENGAMPU : I KETUT PASEK GUNAWAN
OLEH :
KOMANG
SUDIASA
NIM : 10.1.1.1.1.3833
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
2012
SOAL
UTS SIVA SIDDHANTA
1. Jelaskan
proses penyebaran Siva Siddhanta dari India sampai ke Bali
2. Sebutkan
dan jelaskan sekte-sekte yang ada pada siva siddhanta
3. Jelaskan
bentuk kristalisasi siva siddhanta di bali
4. Apakah
saudara beragama hindu jelaskan
5. Bagaimana
anda menyikapi terhadap adanya sampradaya Krisna dan Saibaba dalam konsep Siva
Siddhanta.
Jawaban
:
1.
Proses
penyebaran siva Siddhanta dari India sampai ke Bali sebagai berikut :
Penyebarannya
berawal dari datangnya bangsa arya dari endo jerman 5000 SM di hulu sungai
sindhu yaitu di punjab dan sebagian berada di iran. Bangsa dravida telah
mengenal ajaran siva dengan ciri-ciri seperti bentuk Deva Siva sehingga identik
dengan sivaisme yang tinggal di daerha tambil nadu. Bangsa arya sivasiddhanta
berkembang dari agama siva yang sudah ada sejak zaman pra sejarah atau pra Veda
bangsa dravida. Dengan dukungan dan perkembangan dari bangsa arya sehingga
tetap berkembang menjadi ajaran sivaisme seperti saat ini.
Agama
siva berasal dari gunung Himalaya dan pengikutnya sangat panatik. Sebelum
Bangsa arya ada perkembangan agama siva sudah pesat terbukti dari arca dan
penemuan berbentuk siva, dan bentuk dewa lainnya dan juga pengikutnya. Di
indonesia siva siddhanta datang pada abad ke 4 M di kutai dibawa oleh Rsi
Agastya dari benares India. Masuknya agama Hindu di Bali diperkirakan sebelum
abad ke-8 Masehi, karena terdapat bukti berupa fragmen-fragmen pada prasasti
yang ditemukan di desa Pejeng, Gianyar yang berbahasa Sanskerta. Ditinjau dari
segi bentuk hurufnya diduga sejaman dengan meterai tanah liat yang memuat
mantra Budha yang dikenal dengan "Ye te mantra", dan
diperkirakan berasal dari tahun 778 Masehi. Pada baris pertama dari dalam
prasasti itu menyebutkan kata "Sivas.......ddh......." yang
oleh para ahli, terutama Dr. R. Goris menduga kata yang hampir pudar itu
kemungkinan berbunyi: "Siva Siddhanta". Dengan demikian
pada abad ke-8, Paksa (Sampradaya atau Sekta) Siwa Siddhanta sudah berkembang
di Bali. Berkembangnya ajaran agama yang dianut oleh raja dan rakyat tentunya
melalui proses yang cukup panjang, sehingga dapat dikatakan Hindu Sekte Siwa
Siddhanta sudah masuk secara perlahan-lahan sebelum abad ke-2 hingga ke-8
Masehi.
Bukti lainnya adalah ditemukannya arca Siwa di Pura Putra Bhatara Desa di
Bedahulu, Gianyar. Arca tersebut merupakan satu tipe dengan arca-arca Siwa di
Candi Dieng yang berasal sekitar abad ke-8, yang menurut Stutterheim tergolong
berasal pada periode seni arca Hindu Bali. Dalam prasasti Sukawana di Bangli
yang memuat angka 882 Masehi, menyebutkan adanya tiga tokoh agama yaitu Bhiksu
Sivaprajna, Bhiksu Siwa Nirmala dan Bhiksu Sivakangsita yang
membangun pertapaan di Cintamani (di Kintamani), yang menunjukkan
kemungkinan telah terjadi sinkretisme antara Siwa dan Budha di Bali . Bila
dilihat perkembangannya, kedua aliran agama tersebut sesungguhnya berasal dari
pohon yang sama yaitu ajaran Hindu. Berkembangnya dan terjadinya sinkretisme
antara penganut Siwa dan Buddhisme di Bali, diduga lebih menonjol pada masa
pemerintahan raja besar Dharma Udayana Warmadeva, karena kedua agama tersebut
merupakan agama yang diakui kerajaan. Secara tradisional disebutkan bahwa agama
Hindu dikembangkan oleh Maharsi Markandeya yang datang ke Bali dengan
para pengikutnya membuka lahan pertanian. Daerah yang dituju awalnya adalah
daerah di kaki Gunung Agung, kemudian pindah menuju arah Barat dan tiba di desa
Taro, Gianyar. Beliau menanam Panca Datu (lima jenis logam) di Pura
Agung Besakih, yang menurut Narendra Pandit Shastri (tahun 1957), Maharsi
Markandeya ini yang mengajarkan agama Siwa di Bali dan mendirikan Pura Wasuki
(Besukihan) yang merupakan cikal bakal perkembangan Pura Besakih sekarang ini.
2. Sekte –sekte yang
ada pada siva siddhanta yaitu
a. Sekte
Siwa memiliki cabang yang banyak. Antara lain Pasupata, Kalamukha, Bhairawa,
Linggayat, dan Siwa Siddhanta yang paling besar pengikutnya. Kata Sidhanta
berarti inti atau kesimpulan atau inti dari ajaran Siwaisme. siwa siddhanta ini
mengutamakan pemujaan ke hadapan Tri Purusha yaitu Parama siwa, sada siwa dan
siwa. Bahma, Wisnu dan dewa-dewa lainnya tetap dipuja sesuai dengan tempat dan
fungsinya, karena semua dewa-dewa itu tidak lain dari manifestasi Siwa sesuai
fungsinya yang berbeda-beda. Siwa Sidhanta mula-mula berkembang di India Tengah
(Madyapradesh), yang kemudian disebarkan ke India selatan dipimpin oleh
Maharesi Agastya.
b. sekte
pasupata juga merupakan sekte pemuja Siwa. Bedanya dengan Siwa Siddhanta tampak
jelas dalam cara pemujaannya. Cara pemujaan sekte Pasupata dengan menggunakan
Lingga sebagai simbol tempat turunnya/berstananya Dewa Siwa. Jadi penyembahan
Lingga sebagai lambang Siwa merupakan ciri khas sekte Pasupata. Perkembangan
sekte Pasupata di Bali adalah dengan
adanya pemujaan Lingga.
c. sekte
waisnawa di Bali dengan jelas diberikan petunjuk dalam konsepsi Agama Hindu di
Bali tentang pemujaan Dewi Sri. Dewi
sri dipandang sebagai pemberi rejeki, pemberi kebahagiaan dan kemakmuran.
d. Sekte
Bodha dan Sogatha di Bali dibuktikan dengan adanya penemuan mantra Bhuda
tipeyete mentra dalam zeal meterai tanah liat yang tersimpan dalam stupika.
e. Sekte
Brahmana menurut Dr. R. Goris seluruhnya telah luluhdengan siwa siddhanta. Di
India sekte Brahmana disebut Smarta, tetapi sebutan smarta tidak dikenal di
Bali. Kitab-kitab sasana, adigama, purwadigama, kutara, Manawa yang
bersumberkan Manawa Dharmasastra merupakan produk dari sekte Brahmana.
f. sekte
Gonapatya adalah kelompok pemuja Dewa Ganesha. Adanya sekte ini dahulu di Bali
terbukti dengan banyaknya ditemukan arca ganesha baik dalam wujud besar maupun
kecil.
g. sekte
Bhairawa adalah sekte yang memuja Dewi Durga sebagai Dewa utama. Pemujaan
terhadap Dewi Durga di di pura dalem yang ada di tiap desa pekraman di Bali
merupakan pengaruh dari sekte ini. Begitu pula pemujaan terhadap Ratu Ayu
(Rangda) juga merupakan pengaruh dari
sekte Bhairawa.
3. Bentuk kristalisasi
siva siddhanta di bali yaitu
Dibali pemujaan siva atau bentuk
kristalisasi siva siddhanta dibali
adalah dengan cara Yadnya yaitu panca yajnya atas dasar catur marga
dalam bentuk dan caranya disesuaikan dengan drsta dan Sadacara. Selain itu
dapat diwujudkan dalam bentuk bakti sebagai wujud Prawrtti Marga. Tuhan dipuja
sebagai saksi agung akan semua perbuatan manusia di dunia. Tuhan yang
memberikan yang berkah dan hukuman kepada semua mahluk. Di bali bhakti
kebanyakan, nhakti diwujudkan dengan sembahyankyang diriingi dengan upakara.
Upakara artinya pelayanan dengan ramah diwujudkan dengan banten. Upakara
termasuk yajna atau persembahan suci. Baik sembahyang maupun persembahan Yajna
atau persembahan suci. Baik sembahyang maupun persembahan memerlukan tempat
pemujaan. Pemangku, balian sonteng dan sulinggih mengantarkan persemabahan umat
kepada Tuhan dengan mantra dan puja. Padewasaan dan rerainan memegang peranan
penting, yang mana pada semua ini ajaran sraddha kepada Tuhan akan selalu tampak
terwujud.
Demikian juga misalnya saat bhatara siwa
sebagai Dewata Nawa Sanga diwujudkan dalam banten caru, beliau disimbilkan pada
banten bagian pula kerti, beliau dipuja pada puja asta Mahabhaya, nawa ratna
dan pada kidung beliau dipuja pada kidung
aji kembang. Bhatara siwa sebagai Panca Dewata dipuja dalam berbagai
puja, mantra dan saa, ditulis dalam aksara serta aspek kehidupan beragama
lainnya. Selain itu juga beliau juga dipuja sebagai siwa Raditya dipadmasana,
dipuja sebagai Tri Murti di sanggah, paibon, kahyangan desa, dan kahyangan
jagat.
4.
Apakah saudara beragama hindu ?
Ya, saya beragama hindu Pada
umumnya kita beragama karena mengikuti lingkungan, khususnya lingkungan
terdekat yaitu orang tua kita. Sejak kecil saya diajak oleh orang tua saya mengikuti acara-acara agama. Saya diajak
sembahyang bersama pada hari-hari raya. Pada usia tertentu saya dibuatkan upacara-upacara
agama. Mengapa saya beragama hindu, saya memeluk suatu agama karena kelahiran dan karena
pilihan. saya memilih agama hindu karena saya lahir dari orang tua hindu. Atau karena saya kawin dengan seorang suami
atau istri hindu. Dan karena pilihan yang saya lakukan secara sadar. Selain itu
juga karena adanya keyakinan dan kepercayaan saya dalam menganut agama hindu
tersebut.
5.
menyikapi
terhadap adanya sampradaya Krisna dan Saibaba dalam konsep Siva Siddhanta yaitu
Menurut saya, sampradaya krisna itu
aneh, mereka menjalankan disiplin yang sangat ketat, harus bangun pagi ,
offering rutin menjalankan 4 pantangan dengan ketat berpuasa, berjapa 16
putaran dan banyak lagi yang lainnya ada yang didiksa/didwijati,brahmana tetap
menjalankan ritual hindu bali. Menjalankan tradisi atau kegiatan adat,
bermasyarakat, ngayah walaopun demikian tetap menjaga prinsip untuk tidak makan
daging. Adanya sampradaya krisna dan
saibaba dalam konsep Siva Siddhanta memiliki manfaat bagi pengikutnya, karena
kelompok krisna ini tergolong sekte Waisnawa
dan penyembah Sri Krisna dengan disiplin berjapa yang relative tinggi,
semangat dan intensif.
Dari sudut pandangan filsafat Wedanta,
hari Krisna termasuk penganut paham dwita yang dikembangkan oleh Madhawa
acaarya. Dalam melaksanakan bhakti dengan cara berjapa dan bernyanyi
(kiirtanam). Japa utamanya adalah Hare Rama, Hare Raama, Rama-Raama Hare-Hare,
Hare krisna, Hare Krisna-Krisna-krisna, Hare-Hare. Sedangkan adanya saibaba
dalam konsep siva siddhanta, menurut pandangan saya, juga sangat bermanfaat,
karena saibaba sangat menekankan pada perbaikan karakter, budhi pekerti yang
terjabar dalam nilai-nilai kemanusiaan yakni sathya, dharma, prema, shanty, dan
ahimsa: yang artinya kebenaran, kebajikan, kasih sayang, dan tidak melakukan
kekerasan. Maka dari itu, adanya sampradaya krisna dan saibaba dalam konsep
siva siddhanta sama – sama bermanfaat,
terutama bagi penganutnya. Saibaba memberikan pencerahan-pencerahan dorong
semangat hidup kepada pengikutnya saibaba mengatakan kegembiraan dan kedamaian
yang kuberikan kepadamu tidak pernah berakhir dan tak bisa dilukiskan. Saibaba
tidak mengajarkan agama atau sekte baru saibaba mengajarkan kepada para
pengikutnya untuk menanamkan lima pilar kerohanian weda ke dalam lubuk hati.
Namun demikian
Sampradaya bisa mengarah ke hal negatif
bilamana di pimpin oleh rohani acuan yang mempunyai misi dan visi mnyimpang
misalnya:
a. Menyebarkan
kepercayaan keyakinan yang berbeda-beda dari tradisi beragama semula.
b. Nafsu-nafsu
untuk mencari pengikut dalam antar moment dengan atau melawan kelompok lain.
c. Tujuan-tujuan
bersifat politik terselubung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar