Selasa, 14 Januari 2014

DARSANA (pokok-pokok ajaran Vaisiseka)


TUGAS DARSANA 
POKOK-POKOK AJARAN VAISISEKA


Dosen Pengampu : Ketut Bali Sastrawan, S.Ag.M.Pd.H

Oleh:
Kelompok IV PAH A Semester IV
1.      Komang sudiasa                                                  (10.1.1.1.1.3833)
2.      I Gusti Putu Arya Wibawa                                (10.1.1.1.1.3834)
3.      Putu Devi Purnama Ningsih                              (10.1.1.1.1.3835)
4.      Ni Kadek Cintiani                                               (10.1.1.1.1.3836)
5.      Ni luh Noviani                                                     (10.1.1.1.1.3837)        



Jurusan Pendidikan Agama Hindu
Fakultas Dharma Acarya
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
2012



AJARAN-AJARAN POKOK VAISESIKA  DARSANA
(Oleh : kelompok IV)
I.     Pendahuluan
Vaisesika merupakan salah satu sistem filsafat india (hindu), yang tergolong dalam Sad Darsana. Filsafat vaisiseka adalah filsafat realistis yang menggabungkan pandangan pluralisme dengan theisme. Vaisiseka mengungkapkan seluk-beluk variasi objek-objek dunia sampai pada kombinasi atom-atom material dari berbagai jenis dan kualitas. Walaupun demikian, vaisiseka memandang ciptaan dunia ini dari ciptaan dunia dari kombinasi atom-atom kekal, dalam waktu dan ruang kekal dengan acuan kehidupan moral jiwa-jiwa individu. Sistem filsafat vaisesika mengambil nama dari kata vaisiseka yang artinya kekhususan, yang merupakan ciri-ciri pembeda dari benda-benda.
Jadi pokok permasalahan yang diuraikan didalamnya adalah kekhususan padartha atau kategori-kategori yang nanti akan di sebutkan secara lebih terperinci. Pendiri sistem ini adalah Rsi Kanada yang juga dikenal sebagai Rsi Uluka, sehingga sistem ini dikenal juga sebagai ‘aulukya darsana’ dan dianggap juga dengan nama kasyapa dan dianggap seorang Deva Rsi. Padartha secara arfiah artinya “arti dari sebuah kata “. Demikian padartha berarti semua obyek dari ilmu pengetahuan dan pengalaman. weisesika berpendapat bahwa padartha adalah semua obyek yang dinyatakan oleh kata-kata. Ia juga berarti semua hal yang ada, yang dapat diamati dan dinamai, yang dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu, bhawa dan abhawa.
II.      Pembahasan
          Bhawa (keberadaan) menurut waisesika adalah semua yang dinyatakan dengan factor-factor  yang positif atau hal-hal yang  ada. Misalnya adanya benda-benda yang manusia lihat, adanya atma , dan pikiran , meskipun dua yang tersebut terakhir ini memang keberadaannya (bhawanya) abstrak.
              Abhawa (ketidakadaan) ,adalah semua yang dinyatakan dengan factor-factor negative atau hal-hal yang tidak ada, misalnya tidak adanya singa di tempat ini, atau tidak adanya bau dalam air, dan lain-lain.     
Waisesika berpendapat bahwa yang termasuk Bhawa atau keberadaan adalah
1.Drawya, 2.Guna,3.karma,4.samanya,5.wisesa,6.samawaya. Namun karena perkembangan pemikirannya, maka unsur-unsur bhawa ini kemudian ditambah oleh penulis-penulis berikutnya ,dengan katagori yang ke 7 disebut ketidakadaan (abhawa). Sehingga menjadi  7 kategori  (padharta).
 Terciptanya atau Terjadinya Alam Semesta  Menurut  Vaisesika
            Dimata filsafat hindu, dunia kita ini termasuk alam benda-benda, adalah suatu arena atau gelanggang moral untuk pendidikan dan imansipasi jiwa para individu manusia. Terjadinya alam semesta menurut system filsafat Waisesika, memiliki  kesamaan  dengan system filsafat  Nyaya. Kalau Nyaya berpendapat  alam semesta ini disusun oleh empat substansi tanah, api ,air ,dan udara, (catur bhuta) dan memiliki atom-atom.  Keempat substansi ini bersifat kekal  dengan susunan atom-atom yang berbeda satu dengan yang lainnya. Vaisesika darsana juga menyatakan tentang penyebab alam semesta ini diciptakan. Ada dua macam penyebab yaitu: Nimitta (efisien atau penyebab instrumen, dan Upadana (penyebab material). 
Terjadinya alam semesta beserta isinya menurut Nyaya adalah adanya gabungan antara atom-atom  dari catur  bhuta dengan substansi yang bersifat universal, abadi dan tak terbatas yakni akasa. Waktu dan ruang. Demikian pula halnya dengan konsep Waisesika.
            Oleh karena itu pandangan Waisesika tarhadap terjadinya alam semesta ini adalah :
1.      Alam semesta  beserta isinya bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Waisesika menyebut dengan nama Siwa,dengan menggerakkan gabungan atom-atom  catur mahabhuta  dengan substansi yang universal (akasa,waktu, dan ruang).
2.      Alam semesta yang telah tercipta melalui atom-atom catur bhuta plus akasa,waktu dan ruang, tidak satupun yang lepas dari pengawasan-Nya.
3.      Ketika Tuhan berkehendak untuk melenyapkan alam semesta beserta isinya, maka semua atom dari catur bhuta dan substansinya yang lainnya akan kembali kepada-Nya.

Demikianlah, bahwasannya kemauan kreatif Tuhan memiliki kesimpulan untuk menyimpan kebajikan dan ketidak-bajikan yang dicapai oleh jiwa para individu dalam hidup di masa lalu di dunia ini.
1) Tatkala Tuhan berhendak menciptakan suatu dunia, kekuatan tersembunyi bagian-bagian moral dalam jiwa individu yang kekal mulai berfungsi kembali ke- arah penciptaan dan kehidupan aktif dengan pengalaman-pengalaman (bhoga) dan hubungan dengan jiwa-jiwa inilah disertai fungsi kreatif adrista, yang pertama-pertama menggerakkan atom-atom udara.
2) Dari kombinasi atom-atom udara, dalam bentuk dvyanuka dan tryanuka timbul unsur fisik yang lebih besar (mahabhuta) dari udara, dan itu ada berupa media yang terus-menerus bergetar dalam ether yang kekal abadi. Kemudian dengan jalan yang sama timbul gerakan-gerakan dalam atom air dan penciptaan unsure besar air yang ada dalam udara digerakkan dengan jalan yang sama dan menyusun unsur besar tanah yang ada dalam keluasan unsur besar air. Lalu dari atom-atom cahaya dengan jalan yang sama timbul unsur besar cahaya dan berada dengan sinar cahanya yang kemilau dalam unsur besar air.
3) Setekah ini, dengan hanya melalui pikiran Tuhan (abhidhyana), muncullah embrio suatu dunia (brahmanda) dari atom-atom cahaya dan tanah. Tuhan menghidupkan embrio besar ini dengan Brahma, Jiwa dunia yang memiliki kbijakan, kemurnian dan keagungan tertinggi (jnana, vairagya dan aishvaryya).
4) Kepada Brahman Tuhan mempercayakan karya ciptanya dengan detail yang konkret dan dengan penyesuaian yang tepat antara kebijakan dan kebajikan-bajikan serta antara kebahgiaan dan kesengsaraan.

Tuhan Menurut Pandangan Waisesika
            Waisesika menganut paham theistk, artinya percaya dengan eksistensi Tuhan, yang ia manifestasikan sebagai Siwa (Iswara). Dipandang sebagai yang Transenden yang terpancar dalam diri manusia dan dalam alam semesta ini. Artinya tuhan bersemayam di setiap makhluk dan setiap objek. Karma menurut system ini merupakan hukum moral alam semesta. Baik buruknya moral penghuni alam semesta akan sangat mempengaruhi eksistensi alam ini. Melanggar Dharma atau tidak berkehendak memperbaiki diri sebagai penghuni alam semesta ini dari perbuatan adharma, akan menjadikan tuhan bosan terhadap itu, dan akan mengembalikan semua atom catur bhuta beserta substansi lainnya. Inilah eksistensi tuhan. Tuhan bersifat maha tahu, kuasa dan sempurna. Pandangan system filsafat waisesika oleh rsi Kanada mengatakan bahwa veda adalah kata-kataTuhan, dan karenanya veda otoratif, yakni veda memiliki otoritas.
Pandangan Terhadap Jiwa atau atman .
            Jiwa dan pikiran menurut system filsafat Waisesika, dan sebagaimana telah disebut di atas, adalah substansi rohani. Dua substansi inilah yang menjadi asas hidup kejiwaan. Oleh karenanya dua substansi ini tidak dapat dipisahkan, mereka harus menyatu untuk membentuk pribadi seseorang, dengan demikian pribadi manusia, dibedakan menjadi dua yakni manusia yang berpribadi dan yang tidak berpribadi. Pikiran menurut filsafat waisesika bersifat abstrak, halus, sehingga sulit diketahui, sering disebut anu. Sedangakan atman atau jiwa perorangan, menurut system filsafat waisesika adalah berjumlah banyak, kekal, dan meliputi segala sesuatu, merupakan bagian dari Brahman. Oleh karena itu atman pada dasarnya suci, mengatasi segalanya setelah atman bersatu dengan badan jasmani maka terjadilah beraneka kesediahan, penderitaan, kegembiraan atau kesenangan. Menurut system filsafat waisesika sumber-sumber kesedihan (klesa) yang bisa muncul dalam pikiran adalah:

1. awidya, yaitu suatu pengetahuan yang salah terhadap kebenaran.
2. asmita merupakan pandangan yang keliru yang menganggap atman sama budhi dan manas.
3. Raga, yaitu keinginan yang didorong oleh nafsu-nafsu untuk memuaskan indriya-indriya.
4. Abhinewesa, yaitu ketakutan menghadapi penderitaan dan kematian.
Dengan adanya pengetahuan yang benar akan diri, dan tidak menyamakan atma dengan badan jasmani, atma tidak akan merasakan susah, sedih, senang, sesuai dengan perubahan-perubahan  dalam pikiran itu sendiri. Dengan demikian sang jiwa/ atman akan menyadari dirinya sebagai yang suci yang berbeda dengan badan kasar, indriya dan pikiran. Untuk mendapatkan hal ini system filsafat waisesika mengajarkan untuk menguasai manas dan idriya melalui ajaran yang terkandung di dalam veda.
 Pandangan terhadap Moksa
            Vaisesika berpegangan bahwa belenggu timbul karena kebodohan atau ketidaktahuan. Pembebasan dapat dicapai dengan meraih pengetahuan, karena dengan pengatahuan yang sempurna tentang kategori-kategori alam semesta yang bisa mengantarkan seseorang mencapai moksa. Jalan untuk mencapai moksa adalah :
1.      Melalui jnana tattwa yakni tentang pemahaman seseorang terhadap atman yang sesungguhnya berbeda dengan badan jasmani, pikiran dan indriya.
2.      Srawana yaitu jalan untuk mencapai moksa, karena sering mendengarkan kata-kata yang ada di dalam kitab suci.
3.      Melalui manana, yaitu melaksankan dimasyarakat  apa yang didengar atau dibaca melalui perkataan,pikiran, dan perbuatan dengan cinta kasih terhadap sesama.
4.      Melalui jalan meditasi, yaitu pemfokusan pikiran terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Padharta ajaran-ajaran pokok Waisesika
            Perhatian pokok filsafat Waisesika adalah mengenai alam semesta dimana yang terdiri dari atas kategori-kategori yaitu penghitungan atau perumusan tentang sifat-sifat umum tertentu yang dapat dikenakan pada benda-benda yang ada di alam semesta ini, serta merumuskan konsep- konsep umum yang berlaku pada benda-benda yan dikenal, baik melalui indra atau pun melalui penyimpulan.
            Padartha secara harfiah berarti obyek yang dijelaskan oleh suatu kata. Selanjutnya dengan padartha kita bermaksud menjelaskan semua objek pengetahuan ayau semua yang nyata. Menu-nurut vesiseka semua objek dijelaskan oleh kata-kata dan ini dapat secara luas dibagi dalam dua golongan, yaitu bhava dan abhava. Yang ada berarti semua yang ada bagi semua kenyataan yang positif, seperti benda-benda fisik yang ada, manah, jiwa dan sebagainya. Demikian pula yang tak ada berarti semua fakta negative seperti non-eksistensi benda-benda.
Ada tujuh macam yang ada atau kenyataan positif atau ajaran – ajaran pokok dalam vesiseka yaitu :
  1. Dravya merupakan ajaran – Ajaran pokok dari vesiseka
Dravya, yaitu dimana sebuah kualitas atau suatu tindakan dapat ada, tetapi berbeda dari keduanya. Dravya adalah benda-benda atau substansi yang berjumlah 9 substansi, yaitu: tanah (prthivi), air (apah), api (tejah), udara (vayu), ether (akasa), waktu (kala), ruang (dik), roh (jiva), dan pikiran (manas). Dan dravya terakhir (pikiran) berwujud atom-atom yang abadi tetapi dalam berbagai senyawa ia tak abadi. Pikiran merupakan substansi abadi yang tidak meresapi segalanya seperti halnya roh dan bersifat atom, yang dapat dikenali ketika seseorang berfikir.
Atom berbeda-beda macamnya (tanah, air, cahaya, dan udara). Ether (akasa) substansi fisik yang merupakan subtansi kualitas bunyi (suara). Apabila suara dapat dipersepsi, maka ether tidak. Ada dua kondisi persepsi luar dari suatu substansi, yaitu ia harus mempunyai ssuatu dimensi yang dapat dipersepsi dan memanifestasikan warna. Ether adalah pembawa kualitas bunyi yang meliputi semua dan dapat disimpulkan dari persepsi kualitas itu. Ruang (dik) dan waktu (kala). Ruang adalah disimpulkan sebagai dasar atas pengakuan kita terhadap “di sini” dan “di sana”, “dekat” dan “jauh”. Waktu adalah sebab dari pengakuan kita terhadap “dulu”, “sekarang”, dan “nanti”. Jiwa (atman) adalah suatu substansi yang kekal dan meliputi segala yang merupakan phenomena kesadaran. Ada dua macam jiwa, yaitu jiwa individu (jivatma) dan jiwa maha agung (paramatma atau isvara).
Manah yang merupakan suatu substansi, adalah indra dalam untuk dipergunakan sebagai alat persespsi dari jiwa individual dan kualitasnya seperti kenikmatan dan kesedihan. Subtansi-substansi diatas memiliki kualitas khusus masing-masing seperti : Bumi memiliki kualitas bau (gandha), rasa (rasa), wujud (rupa), sentuhan (sparsa), Air memiliki kualitas rasa (rasa), wujud (rupa), sentuhan (sparsa), tetapi tidak bau, Api memiliki kualitas wujud (rupa), sentuhan (sparsa), tetapi baud dan rasa tidak, Udara memiliki kualitas sentuhan (sparsa), tetapi bau, rasa dan wujud tidak substansi yang lain sebagai berikut : Ether adalah substansi yang tampak,muncul, bersinar, cemerlang, Waktu adalah realitas abadi yang dalam etimologinya diartikan “untuk pengertian mengkakulasi, menghitung jumlah saat, dulu,sekarang dan sebagainya, Ruang adalah pengertian yang menunjukkan, kompas mata angin (barat, timur, selatan,utara), Jiwa adalah roh, hakekat hidup, pikiran adalah berfikir , percaya, mengumpamakan.
2.      Guna, di rumuskan sebagai sesuatu yang berwujud dalam substansi dan tidak memiliki kualitas, atau kegiatan pada dirinya sendiri. Suatu substansi berwujud pada dirinya sendiri. Suatu substansi berwujud pada dirinya sendiri dan merupakan unsur pokok dari apapun. Ia adalah suatu penyebab non-pokok atau non-material dari benda-benda sepanjang ia hanya menentukan sifat dan watak benda-benda itu, dan bukan wujud mereka.
Semua kualitas haruslah menjadi milik substansi-substansi, karenanya tidak aka nada kualitas dari suatu kualitas.  sifat-sifat atau ciri-ciri dari substansi yang jumlahnya ada 24, yaitu : 1. Rupa atau warna, 2. Rasa, 3. Gandha (bau), 4. Sparsa (sentuhan,raba), 5. Samkya (jumlah), 6. Parimana (ukuran), 7. Prthaktva (keanekaragaman), 8. Samyoga (persekutuan), 9. Vibhaga (keterpisahan), 10. Paratva (keterpencilan), 11. Aparatva (kedekatan), 12. Gurutva (bobot), 13. Dravatva (keenceran), 14. Sneha (kekentalan), 15. Sabda (suara), 16. Budhi/jnana (pemahaman/pengetahuan), 17. Sukha (kesenangan), 18. Duhkha (penderitaan), 19. Iccha (khendak), 20. Dvesa (kebencian), 21. Prayatna (usaha), 22. Dharma (kebajikan/manfaat), 23. Adharma (kekurangan/cacat), 24. Samskara (sifat pembiakan diri). Sejumlah 8 sifat yaitu : Budhhi/jnana, Iccha, Dvesa, Duhkha, Dharma, Adharma,dan Prayatna merupakan milik dari roh ; sedangkan 16 buah lainnya merupakan dari substansi material.
3.      Karma, atau kegiatan yang terkandung dalam gerakan, jenisnya ada lima buah, yaitu: 1. Utksepana (gerakan ke atas), 2. Avaksepana (gerakan ke bawah), 3. A-kuncana (gerakan membengkok), 4. Prasarana (gerakan mengembang), 5. Gamana (gerakan menjauh atau mendekat). Dari kelima, utsepana adalah sebab hubungan atau kontak suatu benda dengan tempat yang lebih diatas, umpama melempar bola ke atas. Avaksepana adalah sebab hubungan atau kontak suatu benda dengan yang lain, umpama melempar bola dari atas rumah. Akuncana adalah sbab semacam kontak yang lebih dekat dari bagian suatu benda yang tadinya tidak berwujud atau tidak ada, misalnya merapatkan jari untuk mengepalkan tinju atau menggulung kain.  Prasarana adalah sebab lenyapnya suatu hubungan atau kontak yang lebih rapat yang tadinya berada di bagian benda-benda, umpama membuka jari-jari tangan dari kepalan. Semua gerak lainnnya ditandai gamana. Gerak-gerak seperti jalannya seekor binatang, naiknya nyala api, dan sebagainya.
4.      Samanya, bersifat umum yang menyangkut 2 permasalahan, yaitu: 1. Sifat umum yang lebih tinggi dan lebih rendah dan 2. Jenis kelamin dan spesies. Benda- benda dari suatu golongan mempunyai suatu nama bersama, sebab mereka memiliki suatu sifat yang sama. manusia,sapid an angsa memeilki perbedaan-perbedaan tetapi sesuatu yang sama, dan atas kesamaan ini mereka mempunyai nama-nama umum yaitu mahluk hidup.  Gagasan tentang samanya yang kita kemukakkan mengenai sejunlah individu dari watak tertentu adalah oleh karena disebut dengan nama yang sama. hanyalah nama yang sama dan tidak bisa dijadikan intisari yang postif yang terdapat dalam semua individu. Ini berarti bahwa hanya individu-individu yang disebut dengan satu nama berbeda dengan mereka yang diberi nama yang berbeda. Jadi binatang-binatang tertentu disebut sapi, bukan karena mereka memiliki intisari yang sama tetapi karena merupakan sapi. Maka itu tidaka ada universal, melainkan nama dengan suatu konotasi negatif.
5.      Visesa, atau kekhususan yang merupakan milik dari 9 substansi abadi dari kategori perttama (dravya), yang kesemuanya memiliki perbedaan akhir yang kekal, yang membedakan yang satu dengan yang lainnya. Inilah yang menyebabkan sistem darsana ini disebut sebagai vaisesika darsana. Dengan individualitas kita maksudkan ke individuan unik dari substansi –substansi yang tidak memiliki bagian-bagian dan oleh karenanya kekal, seperti ruang, waktu, ether, manah, jiwa, dan atom, tanah, air, api, dan udara.  Kategori visesa ini dimaksudkan untuk menunjukkan karakter unik dari substansi yang sebetulnya tidak dapat dibeda-bedakan.
Karena kehadirannya dalam substansi yang kekal, maka visesa-visesa itu sendiri juga kekal (nitya). Kita hendaknya tidak menganggap visesa tergolong pada benda-benda dunia yang biasa seperti kendi, meja, dan sebagainya. Visesa tidak menjadi milik sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian, seperti kesatuan terbentuk, dengan mudah dapat dibedakan dengan perbedaan-perbedaan bagian-bagiannya. Jadi kita tidak membutuhkan kategori manapun seperti visesa untuk menjelaskan perbedaanya. Hanya tatkalakita sampai pada perbedaan-perbedaan terakhir dari substansi kekal yang tak terbagi-bagi, kita harus menerima individualitas tertentu yang orisinil dan tak dibentuk yang dinamakan visesa.
6.      Samavaya, atau keterpaduan satu jenis yaitu keterpaduan antara substansi dengan sifatnya, antara jenis kelamin atau spesies dengan pribadinya, antara sesuatu obyek dengan pemikiran umum yang berhubungan dengannya dan yang dipikirkan menjadi satu kesatuan yang nyata. Contoh yang jelas adalah keterpaduan antara kain dengan benang;spsesies berbagai bentuk sapi atau ikan dan sebagainya.
7.      Abhava, yang merupakan kategori ke-7, ada 4 macam, yaitu:
1.      Pragabhava, yaitu ketidak adaan dari suatu benda sebelumnya, adalah tanpa wujud suatu benda sebelum terbuatnya benda tersebut. sebuah rumah akan dibuat dari bata.  Tanpa-wujud rumah ini dalam bata sebelum mulai dibangunnya disebut pragabhava. Ini berarti tanpa wujud hubungan antara batu-bata yang belum dibangun dengan batu-bata tersebut. rumah itu tak pernah ada sebelum dibangun belum memiliki permulaan. : contohnya:ketidak adaan periuk sebelum dibuat oleh pengrajin periuk.
2.      Dhvansabhava, yaitu penghentian keberadaan,adalah tanpa wujud sesuatu benda akibat kemusnahannya setelah terbuatnya benda tersebut. misalnya periuk yang dipecahkan di mana dalam pecahan periuk itu tidak ada periuk, karena priuk  tersebut pecah menjadi keeping-kepingan, maka priuk tersebut tanpa wujud dalam keeping-kepingannya.
3.      Atyantabhava, atau letidak adaan timbale balik, seperti misalnya udara yang dari hulu tidak pernah berwarna ataupun berbentuk.
Ketiga ketidakadaan ini disebut sebagai samsarga bhava, yaitu ketidak adaan suatu benda dalam benda yang lain.
4.      Anyonyabhava, atau ketiadaan mutlak, di mana anatara benda yang satu sama sekali tidak ada persamaanya dengan yang lain, seperti sebuah periuk yang tidak sama dengan sepotong pakaian, demikian pula sebaliknya. Keledai tidak mempunyai tanduk, tak ada warna di udara adalah proporsi yang menyatakan absennya suatu hubungan antara keledai dan sebuah tanduk, antara warna dan udara. Kebalikannya akan menjadi proporsi : seekor keldai mempunyai tanduk, ada warna di udara. Seekor lembu bukanlah seekor kuda
Pandangan Waisesika Terhadap Atom Atom Teori Atom
Teori atom vaisesika mempunyai latar belakang berbeda dari teori atom dalam ilmu dan filsafat Barat. Di dunia barat pada prinsipnya pandangan tersebut adalah filsafat materialistis dari dunia kita ini. Digambarkan susunan dan sejarah bumi kita sebagai akibat mekanis dari gerak-gerak kebetulan atom-atom yang tak terhitung jumlahnya dalam ruang dan waktu yang tak  terbatas dan dalam jurusan-jurusan yang berbeda.
Teori atom waisesika menjelaskan sebagian dunia yang tidak kekal (fana) memiliki asal mula dan akhir kesudahan pada saatnya. Bagian-bagian alam semesta yang kekal abadi seperti keempat macam atom (air,api,tanah,udara) dan kelima substansi: ether, ruang, waktu,manah, dan jiwa tidak termasuk ke dalam teori atom, sebab semua ini tidak bisa dibuat dan tidak dihancurkan. Tetapi sebaliknya, semua objek yang berkomposisi mulai dari suatu dyad atau kombinasi pertama dari hanya dua atom adalah fana (tak kekal). Jadi teori atom ini menjelaskan susunan penciptaan dan kehancuran objek-objek yang fana ini.
Terhadap adanya atom-atom itu sendiri sebagaimana ditulis dalam Modul Darsana,Waisesika berpendapat sebagai berikut:
” Bila sesuatu benda di pecah-pecah sampai sekecil kecilnya,sehingga ada bagian yang tidak dapat di pecah lagi, itulah atom.Dengan demikian atom menurut Waisesika adalah bentuk  terakhir dari benda dalam proses pemecahan itu yang tidak dapat di pecah lagi dan pula tidak dapat di tiadakan,dan besarnya tidak dapat di ukur.
Catur Bhuta (tanah, air, api, dan udara) sebagai sebagian dari panca maha bhuta(tanah,air,uadara,dan akasa) yang hanya memiliki atom-atom sebagai bentuk terakhir dari keadaan. Semua benda di alam semesta ini misalnya batu,pohon,besi,air dan sebagainya,terdiri atom-atom. Akasa,waktu,dan ruang adalah substansi yang memeiliki ciri khas bersifat tidak terbatas dan meliputi segala sesuatu.atom ini dapat mewujudkan kekuatan yang nyata di alam semesta ini terdiri dari  atom, alam semesta ini terdiri dari atom-atom yang tidak terbatas jumlahnya,dan tiga hal yang tidak terbatas serta meliputi segala sesuatu yaitu akasa,waktu dan ruang dapat mewujudkan kekuatan yang nyata dan menyebabkan terwujudnya benda-benda di alam semesta ini”












KESIMPULAN         
Secara umum, terjadinya dan musnahnya dunia di barat di dasarkan atas teori mekanisme, sedangkan di timur (hindu), menurut aliran Filsafat Vaisesika, proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan dunia ini terjadi dalam kurun waktu kalpa dan ruang dik atas teori gabungan realisme, pluralisme dan theisme. Filsafat boleh saja mengkritik, tetapi ia tidak boleh lepas dari akal sehat. Akal sehat mungkin bukan segalanya tetapi bagaimana pun merupakan syarat pertama semua aliran filsafat yang berguna. Hanya metode filsafat yang berbeda dari akal sehat. Filsafat mencoba menekan sejauh dan setinggi mungkin fakta-fakta yang dihadapkan pada indra sebagai sesuatu yang mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Maswinara, wayan. 1999 . Sistem Filsafat Hindu . Surabaya : Paramita
Pendit S, Nyoman. 2007 . Sad-Darsana . Denpasar : Pustaka Bali Post.
Nurkancana, I Wayan.1995.Tuhan Jiwa Alam Semesta menurut Sad Darsana. Denpasar : Yayasan Dharma Naradha.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar