TUGAS DARSANA
POKOK-POKOK AJARAN VAISISEKA
Dosen Pengampu : Ketut
Bali Sastrawan, S.Ag.M.Pd.H
Oleh:
Kelompok IV PAH A
Semester IV
1. Komang sudiasa
(10.1.1.1.1.3833)
2. I Gusti Putu Arya Wibawa (10.1.1.1.1.3834)
3. Putu Devi Purnama Ningsih (10.1.1.1.1.3835)
4. Ni Kadek Cintiani (10.1.1.1.1.3836)
5. Ni luh Noviani (10.1.1.1.1.3837)
Jurusan
Pendidikan Agama Hindu
Fakultas
Dharma Acarya
Institut
Hindu Dharma Negeri Denpasar
2012
AJARAN-AJARAN
POKOK VAISESIKA DARSANA
(Oleh : kelompok IV)
(Oleh : kelompok IV)
I. Pendahuluan
Vaisesika merupakan salah satu sistem filsafat india
(hindu), yang tergolong dalam Sad Darsana. Filsafat vaisiseka adalah filsafat
realistis yang menggabungkan pandangan pluralisme dengan theisme. Vaisiseka
mengungkapkan seluk-beluk variasi objek-objek dunia sampai pada kombinasi
atom-atom material dari berbagai jenis dan kualitas. Walaupun demikian,
vaisiseka memandang ciptaan dunia ini dari ciptaan dunia dari kombinasi
atom-atom kekal, dalam waktu dan ruang kekal dengan acuan kehidupan moral
jiwa-jiwa individu. Sistem filsafat vaisesika mengambil nama dari kata vaisiseka
yang artinya kekhususan, yang merupakan ciri-ciri pembeda dari benda-benda.
Jadi pokok permasalahan yang diuraikan didalamnya
adalah kekhususan padartha atau kategori-kategori yang nanti akan di sebutkan
secara lebih terperinci. Pendiri sistem ini adalah Rsi Kanada yang juga dikenal
sebagai Rsi Uluka, sehingga sistem ini dikenal juga sebagai ‘aulukya darsana’
dan dianggap juga dengan nama kasyapa dan dianggap seorang Deva Rsi. Padartha
secara arfiah artinya “arti dari sebuah kata “. Demikian padartha berarti semua
obyek dari ilmu pengetahuan dan pengalaman. weisesika berpendapat bahwa
padartha adalah semua obyek yang dinyatakan oleh kata-kata. Ia juga berarti
semua hal yang ada, yang dapat diamati dan dinamai, yang dapat dibagi menjadi 2
jenis yaitu, bhawa dan abhawa.
II.
Pembahasan
Bhawa
(keberadaan) menurut waisesika adalah semua yang dinyatakan dengan
factor-factor yang positif atau hal-hal
yang ada. Misalnya adanya benda-benda
yang manusia lihat, adanya atma , dan pikiran , meskipun dua yang tersebut
terakhir ini memang keberadaannya
(bhawanya) abstrak.
Abhawa (ketidakadaan) ,adalah
semua yang dinyatakan dengan factor-factor negative atau hal-hal yang tidak
ada, misalnya tidak adanya singa di tempat ini, atau tidak adanya bau dalam
air, dan lain-lain.
Waisesika berpendapat bahwa yang termasuk Bhawa atau keberadaan adalah
1.Drawya,
2.Guna,3.karma,4.samanya,5.wisesa,6.samawaya. Namun karena perkembangan
pemikirannya, maka unsur-unsur bhawa ini kemudian ditambah oleh penulis-penulis
berikutnya ,dengan katagori yang ke 7 disebut ketidakadaan (abhawa). Sehingga
menjadi 7 kategori (padharta).
Terciptanya atau Terjadinya Alam Semesta Menurut
Vaisesika
Dimata filsafat hindu, dunia kita
ini termasuk alam benda-benda, adalah suatu arena atau gelanggang moral untuk
pendidikan dan imansipasi jiwa para individu manusia. Terjadinya alam semesta
menurut system filsafat Waisesika, memiliki
kesamaan dengan system
filsafat Nyaya. Kalau Nyaya
berpendapat alam semesta ini disusun
oleh empat substansi tanah, api ,air ,dan udara, (catur bhuta) dan memiliki
atom-atom. Keempat substansi ini
bersifat kekal dengan susunan atom-atom
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Vaisesika darsana juga menyatakan
tentang penyebab alam semesta ini diciptakan. Ada dua macam penyebab yaitu:
Nimitta (efisien atau penyebab instrumen, dan Upadana (penyebab material).
Terjadinya alam semesta beserta isinya menurut Nyaya
adalah adanya gabungan antara atom-atom
dari catur bhuta dengan substansi
yang bersifat universal, abadi dan tak terbatas yakni akasa. Waktu dan ruang. Demikian
pula halnya dengan konsep Waisesika.
Oleh karena itu pandangan Waisesika
tarhadap terjadinya alam semesta ini adalah :
1. Alam
semesta beserta isinya bersumber dari
Tuhan Yang Maha Esa. Waisesika menyebut dengan nama Siwa,dengan menggerakkan
gabungan atom-atom catur mahabhuta dengan substansi yang universal (akasa,waktu,
dan ruang).
2. Alam
semesta yang telah tercipta melalui atom-atom catur bhuta plus akasa,waktu dan
ruang, tidak satupun yang lepas dari pengawasan-Nya.
3. Ketika
Tuhan berkehendak untuk melenyapkan alam semesta beserta isinya, maka semua
atom dari catur bhuta dan substansinya yang lainnya akan kembali kepada-Nya.
Demikianlah,
bahwasannya kemauan kreatif Tuhan memiliki kesimpulan untuk menyimpan kebajikan
dan ketidak-bajikan yang dicapai oleh jiwa para individu dalam hidup di masa
lalu di dunia ini.
1)
Tatkala Tuhan berhendak menciptakan suatu dunia, kekuatan tersembunyi
bagian-bagian moral dalam jiwa individu yang kekal mulai berfungsi kembali ke-
arah penciptaan dan kehidupan aktif dengan pengalaman-pengalaman (bhoga) dan
hubungan dengan jiwa-jiwa inilah disertai fungsi kreatif adrista, yang
pertama-pertama menggerakkan atom-atom udara.
2)
Dari kombinasi atom-atom udara, dalam bentuk dvyanuka dan tryanuka timbul unsur
fisik yang lebih besar (mahabhuta) dari udara, dan itu ada berupa media yang
terus-menerus bergetar dalam ether yang kekal abadi. Kemudian dengan jalan yang
sama timbul gerakan-gerakan dalam atom air dan penciptaan unsure besar air yang
ada dalam udara digerakkan dengan jalan yang sama dan menyusun unsur besar
tanah yang ada dalam keluasan unsur besar air. Lalu dari atom-atom cahaya
dengan jalan yang sama timbul unsur besar cahaya dan berada dengan sinar
cahanya yang kemilau dalam unsur besar air.
3)
Setekah ini, dengan hanya melalui pikiran Tuhan (abhidhyana), muncullah embrio
suatu dunia (brahmanda) dari atom-atom cahaya dan tanah. Tuhan menghidupkan
embrio besar ini dengan Brahma, Jiwa dunia yang memiliki kbijakan, kemurnian
dan keagungan tertinggi (jnana, vairagya dan aishvaryya).
4)
Kepada Brahman Tuhan mempercayakan karya ciptanya dengan detail yang konkret
dan dengan penyesuaian yang tepat antara kebijakan dan kebajikan-bajikan serta
antara kebahgiaan dan kesengsaraan.
Tuhan
Menurut Pandangan Waisesika
Waisesika menganut paham theistk,
artinya percaya dengan eksistensi Tuhan, yang ia manifestasikan sebagai Siwa
(Iswara). Dipandang sebagai yang Transenden yang terpancar dalam diri manusia
dan dalam alam semesta ini. Artinya tuhan bersemayam di setiap makhluk dan
setiap objek. Karma menurut system ini merupakan hukum moral alam semesta. Baik
buruknya moral penghuni alam semesta akan sangat mempengaruhi eksistensi alam
ini. Melanggar Dharma atau tidak berkehendak memperbaiki diri sebagai penghuni
alam semesta ini dari perbuatan adharma, akan menjadikan tuhan bosan terhadap
itu, dan akan mengembalikan semua atom catur bhuta beserta substansi lainnya.
Inilah eksistensi tuhan. Tuhan bersifat maha tahu, kuasa dan sempurna.
Pandangan system filsafat waisesika oleh rsi Kanada mengatakan bahwa veda
adalah kata-kataTuhan, dan karenanya veda otoratif, yakni veda memiliki otoritas.
Pandangan
Terhadap Jiwa atau atman .
Jiwa dan pikiran menurut system
filsafat Waisesika, dan sebagaimana telah disebut di atas, adalah substansi
rohani. Dua substansi inilah yang menjadi asas hidup kejiwaan. Oleh karenanya
dua substansi ini tidak dapat dipisahkan, mereka harus menyatu untuk membentuk
pribadi seseorang, dengan demikian pribadi manusia, dibedakan menjadi dua yakni
manusia yang berpribadi dan yang tidak berpribadi. Pikiran menurut filsafat
waisesika bersifat abstrak, halus, sehingga sulit diketahui, sering disebut
anu. Sedangakan atman atau jiwa perorangan, menurut system filsafat waisesika
adalah berjumlah banyak, kekal, dan meliputi segala sesuatu, merupakan bagian
dari Brahman. Oleh karena itu atman pada dasarnya suci, mengatasi segalanya
setelah atman bersatu dengan badan jasmani maka terjadilah beraneka kesediahan,
penderitaan, kegembiraan atau kesenangan. Menurut system filsafat waisesika
sumber-sumber kesedihan (klesa) yang bisa muncul dalam pikiran adalah:
1. awidya, yaitu suatu pengetahuan yang salah
terhadap kebenaran.
2. asmita merupakan pandangan yang keliru yang
menganggap atman sama budhi dan manas.
3. Raga, yaitu keinginan yang didorong oleh
nafsu-nafsu untuk memuaskan indriya-indriya.
4. Abhinewesa, yaitu ketakutan menghadapi
penderitaan dan kematian.
Dengan adanya pengetahuan yang benar akan diri, dan
tidak menyamakan atma dengan badan jasmani, atma tidak akan merasakan susah,
sedih, senang, sesuai dengan perubahan-perubahan dalam pikiran itu sendiri. Dengan demikian
sang jiwa/ atman akan menyadari dirinya sebagai yang suci yang berbeda dengan
badan kasar, indriya dan pikiran. Untuk mendapatkan hal ini system filsafat
waisesika mengajarkan untuk menguasai manas dan idriya melalui ajaran yang
terkandung di dalam veda.
Pandangan terhadap Moksa
Vaisesika berpegangan bahwa belenggu
timbul karena kebodohan atau ketidaktahuan. Pembebasan dapat dicapai dengan
meraih pengetahuan, karena dengan pengatahuan yang sempurna tentang
kategori-kategori alam semesta yang bisa mengantarkan seseorang mencapai moksa.
Jalan untuk mencapai moksa adalah :
1. Melalui
jnana tattwa yakni tentang pemahaman seseorang terhadap atman yang sesungguhnya
berbeda dengan badan jasmani, pikiran dan indriya.
2. Srawana
yaitu jalan untuk mencapai moksa, karena sering mendengarkan kata-kata yang ada
di dalam kitab suci.
3. Melalui
manana, yaitu melaksankan dimasyarakat
apa yang didengar atau dibaca melalui perkataan,pikiran, dan perbuatan
dengan cinta kasih terhadap sesama.
4. Melalui
jalan meditasi, yaitu pemfokusan pikiran terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Padharta
ajaran-ajaran pokok Waisesika
Perhatian pokok filsafat Waisesika
adalah mengenai alam semesta dimana yang terdiri dari atas kategori-kategori
yaitu penghitungan atau perumusan tentang sifat-sifat umum tertentu yang dapat
dikenakan pada benda-benda yang ada di alam semesta ini, serta merumuskan
konsep- konsep umum yang berlaku pada benda-benda yan dikenal, baik melalui
indra atau pun melalui penyimpulan.
Padartha secara harfiah berarti
obyek yang dijelaskan oleh suatu kata. Selanjutnya dengan padartha kita
bermaksud menjelaskan semua objek pengetahuan ayau semua yang nyata. Menu-nurut
vesiseka semua objek dijelaskan oleh kata-kata dan ini dapat secara luas dibagi
dalam dua golongan, yaitu bhava dan abhava. Yang ada berarti semua yang ada
bagi semua kenyataan yang positif, seperti benda-benda fisik yang ada, manah,
jiwa dan sebagainya. Demikian pula yang tak ada berarti semua fakta negative
seperti non-eksistensi benda-benda.
Ada
tujuh macam yang ada atau kenyataan positif atau ajaran – ajaran pokok dalam
vesiseka yaitu :
- Dravya
merupakan ajaran – Ajaran pokok dari vesiseka
Dravya, yaitu dimana sebuah
kualitas atau suatu tindakan dapat ada, tetapi berbeda dari keduanya. Dravya adalah
benda-benda atau substansi yang berjumlah 9 substansi, yaitu: tanah (prthivi),
air (apah), api (tejah), udara (vayu), ether (akasa), waktu (kala), ruang (dik),
roh (jiva), dan pikiran (manas). Dan dravya terakhir (pikiran) berwujud
atom-atom yang abadi tetapi dalam berbagai senyawa ia tak abadi. Pikiran
merupakan substansi abadi yang tidak meresapi segalanya seperti halnya roh dan
bersifat atom, yang dapat dikenali ketika seseorang berfikir.
Atom berbeda-beda macamnya (tanah,
air, cahaya, dan udara). Ether (akasa) substansi fisik yang merupakan subtansi
kualitas bunyi (suara). Apabila suara dapat dipersepsi, maka ether tidak. Ada
dua kondisi persepsi luar dari suatu substansi, yaitu ia harus mempunyai ssuatu
dimensi yang dapat dipersepsi dan memanifestasikan warna. Ether adalah pembawa
kualitas bunyi yang meliputi semua dan dapat disimpulkan dari persepsi kualitas
itu. Ruang (dik) dan waktu (kala). Ruang adalah disimpulkan sebagai dasar atas
pengakuan kita terhadap “di sini” dan “di sana”, “dekat” dan “jauh”. Waktu
adalah sebab dari pengakuan kita terhadap “dulu”, “sekarang”, dan “nanti”. Jiwa
(atman) adalah suatu substansi yang kekal dan meliputi segala yang merupakan
phenomena kesadaran. Ada dua macam jiwa, yaitu jiwa individu (jivatma) dan jiwa
maha agung (paramatma atau isvara).
Manah yang merupakan suatu
substansi, adalah indra dalam untuk dipergunakan sebagai alat persespsi dari
jiwa individual dan kualitasnya seperti kenikmatan dan kesedihan. Subtansi-substansi
diatas memiliki kualitas khusus masing-masing seperti : Bumi memiliki kualitas
bau (gandha), rasa (rasa), wujud (rupa), sentuhan (sparsa), Air memiliki
kualitas rasa (rasa), wujud (rupa), sentuhan (sparsa), tetapi tidak bau, Api
memiliki kualitas wujud (rupa), sentuhan (sparsa), tetapi baud dan rasa tidak,
Udara memiliki kualitas sentuhan (sparsa), tetapi bau, rasa dan wujud tidak
substansi yang lain sebagai berikut : Ether adalah substansi yang
tampak,muncul, bersinar, cemerlang, Waktu adalah realitas abadi yang dalam
etimologinya diartikan “untuk pengertian mengkakulasi, menghitung jumlah saat,
dulu,sekarang dan sebagainya, Ruang adalah pengertian yang menunjukkan, kompas
mata angin (barat, timur, selatan,utara), Jiwa adalah roh, hakekat hidup,
pikiran adalah berfikir , percaya, mengumpamakan.
2. Guna,
di rumuskan sebagai sesuatu yang berwujud dalam substansi dan tidak memiliki
kualitas, atau kegiatan pada dirinya sendiri. Suatu substansi berwujud pada
dirinya sendiri. Suatu substansi berwujud pada dirinya sendiri dan merupakan
unsur pokok dari apapun. Ia adalah suatu penyebab non-pokok atau non-material
dari benda-benda sepanjang ia hanya menentukan sifat dan watak benda-benda itu,
dan bukan wujud mereka.
Semua kualitas haruslah menjadi milik
substansi-substansi, karenanya tidak aka nada kualitas dari suatu kualitas. sifat-sifat atau ciri-ciri dari substansi yang
jumlahnya ada 24, yaitu : 1. Rupa atau warna, 2. Rasa, 3. Gandha (bau), 4.
Sparsa (sentuhan,raba), 5. Samkya (jumlah), 6. Parimana (ukuran), 7. Prthaktva
(keanekaragaman), 8. Samyoga (persekutuan), 9. Vibhaga (keterpisahan), 10.
Paratva (keterpencilan), 11. Aparatva (kedekatan), 12. Gurutva (bobot), 13.
Dravatva (keenceran), 14. Sneha (kekentalan), 15. Sabda (suara), 16.
Budhi/jnana (pemahaman/pengetahuan), 17. Sukha (kesenangan), 18. Duhkha
(penderitaan), 19. Iccha (khendak), 20. Dvesa (kebencian), 21. Prayatna
(usaha), 22. Dharma (kebajikan/manfaat), 23. Adharma (kekurangan/cacat), 24.
Samskara (sifat pembiakan diri). Sejumlah 8 sifat yaitu : Budhhi/jnana, Iccha,
Dvesa, Duhkha, Dharma, Adharma,dan Prayatna merupakan milik dari roh ;
sedangkan 16 buah lainnya merupakan dari substansi material.
3. Karma,
atau kegiatan yang terkandung dalam gerakan, jenisnya ada lima buah, yaitu: 1.
Utksepana (gerakan ke atas), 2. Avaksepana (gerakan ke bawah), 3. A-kuncana
(gerakan membengkok), 4. Prasarana (gerakan mengembang), 5. Gamana (gerakan
menjauh atau mendekat). Dari kelima, utsepana adalah sebab hubungan atau kontak
suatu benda dengan tempat yang lebih diatas, umpama melempar bola ke atas.
Avaksepana adalah sebab hubungan atau kontak suatu benda dengan yang lain,
umpama melempar bola dari atas rumah. Akuncana adalah sbab semacam kontak yang
lebih dekat dari bagian suatu benda yang tadinya tidak berwujud atau tidak ada,
misalnya merapatkan jari untuk mengepalkan tinju atau menggulung kain. Prasarana adalah sebab lenyapnya suatu
hubungan atau kontak yang lebih rapat yang tadinya berada di bagian
benda-benda, umpama membuka jari-jari tangan dari kepalan. Semua gerak lainnnya
ditandai gamana. Gerak-gerak seperti jalannya seekor binatang, naiknya nyala
api, dan sebagainya.
4. Samanya,
bersifat umum yang menyangkut 2 permasalahan, yaitu: 1. Sifat umum yang lebih
tinggi dan lebih rendah dan 2. Jenis kelamin dan spesies. Benda- benda dari
suatu golongan mempunyai suatu nama bersama, sebab mereka memiliki suatu sifat
yang sama. manusia,sapid an angsa memeilki perbedaan-perbedaan tetapi sesuatu
yang sama, dan atas kesamaan ini mereka mempunyai nama-nama umum yaitu mahluk
hidup. Gagasan tentang samanya yang kita
kemukakkan mengenai sejunlah individu dari watak tertentu adalah oleh karena
disebut dengan nama yang sama. hanyalah nama yang sama dan tidak bisa dijadikan
intisari yang postif yang terdapat dalam semua individu. Ini berarti bahwa
hanya individu-individu yang disebut dengan satu nama berbeda dengan mereka
yang diberi nama yang berbeda. Jadi binatang-binatang tertentu disebut sapi,
bukan karena mereka memiliki intisari yang sama tetapi karena merupakan sapi.
Maka itu tidaka ada universal, melainkan nama dengan suatu konotasi negatif.
5. Visesa,
atau kekhususan yang merupakan milik dari 9 substansi abadi dari kategori
perttama (dravya), yang kesemuanya memiliki perbedaan akhir yang kekal, yang
membedakan yang satu dengan yang lainnya. Inilah yang menyebabkan sistem
darsana ini disebut sebagai vaisesika darsana. Dengan individualitas kita
maksudkan ke individuan unik dari substansi –substansi yang tidak memiliki
bagian-bagian dan oleh karenanya kekal, seperti ruang, waktu, ether, manah,
jiwa, dan atom, tanah, air, api, dan udara. Kategori visesa ini dimaksudkan untuk
menunjukkan karakter unik dari substansi yang sebetulnya tidak dapat
dibeda-bedakan.
Karena kehadirannya dalam substansi yang
kekal, maka visesa-visesa itu sendiri juga kekal (nitya). Kita hendaknya tidak
menganggap visesa tergolong pada benda-benda dunia yang biasa seperti kendi,
meja, dan sebagainya. Visesa tidak menjadi milik sesuatu yang terdiri dari
bagian-bagian, seperti kesatuan terbentuk, dengan mudah dapat dibedakan dengan
perbedaan-perbedaan bagian-bagiannya. Jadi kita tidak membutuhkan kategori
manapun seperti visesa untuk menjelaskan perbedaanya. Hanya tatkalakita sampai
pada perbedaan-perbedaan terakhir dari substansi kekal yang tak terbagi-bagi,
kita harus menerima individualitas tertentu yang orisinil dan tak dibentuk yang
dinamakan visesa.
6. Samavaya,
atau keterpaduan satu jenis yaitu keterpaduan antara substansi dengan sifatnya,
antara jenis kelamin atau spesies dengan pribadinya, antara sesuatu obyek
dengan pemikiran umum yang berhubungan dengannya dan yang dipikirkan menjadi
satu kesatuan yang nyata. Contoh yang jelas adalah keterpaduan antara kain
dengan benang;spsesies berbagai bentuk sapi atau ikan dan sebagainya.
7. Abhava,
yang merupakan kategori ke-7, ada 4 macam, yaitu:
1. Pragabhava,
yaitu ketidak adaan dari suatu benda sebelumnya, adalah tanpa wujud suatu benda
sebelum terbuatnya benda tersebut. sebuah rumah akan dibuat dari bata. Tanpa-wujud rumah ini dalam bata sebelum
mulai dibangunnya disebut pragabhava. Ini berarti tanpa wujud hubungan antara batu-bata
yang belum dibangun dengan batu-bata tersebut. rumah itu tak pernah ada sebelum
dibangun belum memiliki permulaan. : contohnya:ketidak adaan periuk sebelum
dibuat oleh pengrajin periuk.
2. Dhvansabhava,
yaitu penghentian keberadaan,adalah tanpa wujud sesuatu benda akibat
kemusnahannya setelah terbuatnya benda tersebut. misalnya periuk yang
dipecahkan di mana dalam pecahan periuk itu tidak ada periuk, karena priuk tersebut pecah menjadi keeping-kepingan, maka
priuk tersebut tanpa wujud dalam keeping-kepingannya.
3. Atyantabhava,
atau letidak adaan timbale balik, seperti misalnya udara yang dari hulu tidak
pernah berwarna ataupun berbentuk.
Ketiga
ketidakadaan ini disebut sebagai samsarga bhava, yaitu ketidak adaan suatu
benda dalam benda yang lain.
4. Anyonyabhava,
atau ketiadaan mutlak, di mana anatara benda yang satu sama sekali tidak ada
persamaanya dengan yang lain, seperti sebuah periuk yang tidak sama dengan
sepotong pakaian, demikian pula sebaliknya. Keledai tidak mempunyai tanduk, tak
ada warna di udara adalah proporsi yang menyatakan absennya suatu hubungan
antara keledai dan sebuah tanduk, antara warna dan udara. Kebalikannya akan
menjadi proporsi : seekor keldai mempunyai tanduk, ada warna di udara. Seekor
lembu bukanlah seekor kuda
Pandangan Waisesika
Terhadap Atom Atom Teori Atom
Teori atom vaisesika mempunyai latar belakang berbeda
dari teori atom dalam ilmu dan filsafat Barat. Di dunia barat pada prinsipnya
pandangan tersebut adalah filsafat materialistis dari dunia kita ini. Digambarkan
susunan dan sejarah bumi kita sebagai akibat mekanis dari gerak-gerak kebetulan
atom-atom yang tak terhitung jumlahnya dalam ruang dan waktu yang tak terbatas dan dalam jurusan-jurusan yang
berbeda.
Teori atom waisesika menjelaskan sebagian dunia yang
tidak kekal (fana) memiliki asal mula dan akhir kesudahan pada saatnya.
Bagian-bagian alam semesta yang kekal abadi seperti keempat macam atom
(air,api,tanah,udara) dan kelima substansi: ether, ruang, waktu,manah, dan jiwa
tidak termasuk ke dalam teori atom, sebab semua ini tidak bisa dibuat dan tidak
dihancurkan. Tetapi sebaliknya, semua objek yang berkomposisi mulai dari suatu
dyad atau kombinasi pertama dari hanya dua atom adalah fana (tak kekal). Jadi
teori atom ini menjelaskan susunan penciptaan dan kehancuran objek-objek yang
fana ini.
Terhadap adanya atom-atom itu sendiri sebagaimana ditulis
dalam Modul Darsana,Waisesika berpendapat sebagai berikut:
” Bila sesuatu benda di pecah-pecah sampai sekecil
kecilnya,sehingga ada bagian yang tidak dapat di pecah lagi, itulah atom.Dengan
demikian atom menurut Waisesika adalah bentuk
terakhir dari benda dalam proses pemecahan itu yang tidak dapat di pecah
lagi dan pula tidak dapat di tiadakan,dan besarnya tidak dapat di ukur.
Catur Bhuta (tanah, air, api, dan udara) sebagai sebagian
dari panca maha bhuta(tanah,air,uadara,dan akasa) yang hanya memiliki atom-atom
sebagai bentuk terakhir dari keadaan. Semua benda di alam semesta ini misalnya
batu,pohon,besi,air dan sebagainya,terdiri atom-atom. Akasa,waktu,dan ruang
adalah substansi yang memeiliki ciri khas bersifat tidak terbatas dan meliputi
segala sesuatu.atom ini dapat mewujudkan kekuatan yang nyata di alam semesta ini
terdiri dari atom, alam semesta ini
terdiri dari atom-atom yang tidak terbatas jumlahnya,dan tiga hal yang tidak
terbatas serta meliputi segala sesuatu yaitu akasa,waktu dan ruang dapat
mewujudkan kekuatan yang nyata dan menyebabkan terwujudnya benda-benda di alam
semesta ini”
KESIMPULAN
Secara umum, terjadinya dan musnahnya dunia di barat di
dasarkan atas teori mekanisme, sedangkan di timur (hindu), menurut aliran
Filsafat Vaisesika, proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan dunia ini
terjadi dalam kurun waktu kalpa dan ruang dik atas teori gabungan realisme,
pluralisme dan theisme. Filsafat boleh saja mengkritik, tetapi ia tidak boleh
lepas dari akal sehat. Akal sehat mungkin bukan segalanya tetapi bagaimana pun
merupakan syarat pertama semua aliran filsafat yang berguna. Hanya metode
filsafat yang berbeda dari akal sehat. Filsafat mencoba menekan sejauh dan setinggi
mungkin fakta-fakta yang dihadapkan pada indra sebagai sesuatu yang mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Maswinara, wayan. 1999 . Sistem Filsafat Hindu . Surabaya
: Paramita
Pendit S, Nyoman. 2007 . Sad-Darsana . Denpasar : Pustaka
Bali Post.
Nurkancana, I Wayan.1995.Tuhan Jiwa Alam Semesta menurut
Sad Darsana. Denpasar : Yayasan Dharma Naradha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar