Selasa, 14 Januari 2014

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

PERKEMBANGAN ANAK DIDIK DI SEKOLAH DALAM MENGHADAPI MASALAH GLOBALISASI


Dosen Pengampu : Ni Wayan Budiasih, S.Pd, M.Ag

OLEH KELOMPOK IV

1.      Ni Made Ayu Widiasih          (10.1.1.1.1.3827)
2.      Gede Angga Damendra         (10.1.1.1.1.3828)
3.      I Putu Kris Juniardi              (10.1.1.1.1.3829)
4.      Kadek handara                     (10.1.1.1.1.3830)                   
5.      Luh apriantini                       (10.1.1.1.1.3831)
6.      Kadek iwan suarcahyana     (10.1.1.1.1.3832)
7.      Komang sudiasa                    (10.1.1.1.1.3833)
8.      I gusti Putu Arya Wibawa   (10.1.1.1.1.3834)
9.      Ni kadek cintiani                    (10.1.1.1.1.3836)







JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
DENPASAR
2013




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
          Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari sosiologi, sesungguhnya secara tidak sadar telah mengetahui sedikit tentang sosiologi. Selamanya hidupnya, dia telah menjadi anggota masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Sejak lahir di dunia, dia sudah berhubungan dengan orang tuanya misalnya, dan semakin meningkat usianya, bertambah luas pulahlah pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat. Dia juga menyadari, bahwa kebudayaan dan peradaban dewasa ini merupakan hasil perkembangan masa-masa yang silam. Secara sepintas lalu diapun mengetahui bahwa di dalam berbagai hal dia mempunyai persamaan-persamaan dengan orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia mempunyai sifat-sifat yang berlaku bagi dirinya sendiri sehigga berbeda dengan orang lain. Semuanya merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis oleh karena ikut sertanya dia di dalam hubungan-hubungan sosial, dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadaran akan adanya membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain, semua itu memberikan gambaran tentang obyek yang dipelajarinya yaitu sosiologi.
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama (Soekanto:2000:2). Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perhatian. Awal mulanya, orang-orang yang meninjau masyarakat, hanya tertarik pada masalah-masalah pada yang menarik perhatian, umum seperti kejahatan, perang, kekuasaan golongan yang berkuasa, keagamaan dan lain sebagainya. Dari pemikiran serta penilaian yang demikian itu, orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan, di mana orang menguraikan harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diingini atau yang ideal. Dengan demikian timbulah perumusan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai dan kaidah-kaidah mana dimaksdukan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai bagi semua manusia selama hidup di dunia ini.
Pitirim Sorokin dalam bukunya Soekanto dalam bukunya yang berujudul sosiologi suatu pengantar mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari : hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya, antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya. Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya). Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. Selain itu juga Roucek dan Warren mengemukakkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok (Soekanto:2000:22).
Manusia senantiasa mempunyai naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Apabila dibandingkan dengan mahluk hidup lain seperti hewan, misalnya manusia tidak akan mungkin hidup sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan “mati”, manusia yang “dikurung” sendirian di suatu runagan tertutup, pasti akan mengalami gangguan pada perkembangann pribadinya, sehingga lama kelamaan dia akan “mati”.
Semenjak dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawan, sehingga dia disebut social animal. Sebagai social animal manusia mempunyai naluri yang disebut gregariousness. Pada hubungan antara manusia dengan sesamnya, agaknya yang penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat adanya hubungan tadi. Reaksi-reaksi itu mengakibatkan bertambah luasnya sikap tindak seseorang. Dalam hal ini menyangkut pautkan dengan judul “Perkembangan anak didik di sekolah dalam menghadapi masalah di era Globalisasi”.




2.1 Rumusan Masalah
2.1.1 Apa pengertian dari sosiologi pendidikan ?
2.1.2 faktor apa saja yang menyebabkan anak atau remaja merasa tidak nyaman      atau damai dalam masyarakat?
2.1.3 bagaimana peranan positif dan negatif Klik terhadap remaja dalam membangkitkan motivasi belajar dan keberhasilan studi?

2.2 Tujuan Penulisan
2.2.1 untuk mengetahui pengertian sosiologi pendidikan
2.2.2 untuk mengetahui faktor penyebab anak atau remaja merasa tidak nyaman atau damai dalam keluarga.
2.2.3 untuk mengetahui peranan positif dan negatif Klik terhadap remaja dalam membangkitkan motivasi belajar dan keberhasilan.

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sosiologi Pendidikan
Berikut ini adalah beberapa pengertian-defenisi sosiologi pendidikan menurut para ahli:

1.    F.G. Robbins, pengertian sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur    dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
2.    H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
3.    Pro f. DR S. Nasution,M.A., Pengertian Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
            Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi : 1) interaksi guru-siswa; 2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah; 3) struktur dan fungsi sistem pendidikan dan; 4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Wujud dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial yang didasari oleh faktor-faktor berikut:
1. Imitasi atau peniruan
2. Sugesti, yang akan terjadi apabila jika seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas.
3. Identifikasi, yang berusaha menyamakan dirinya denga orang lain secara sadar ataupun di bawah sadar.
4. Simpati, yang akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain.
Untuk mempermudah sosialisasi dalam pendidikan, maka seorang guru harus menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri peserta didik. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu : 1) kontak antarindividu; 2) kontak antarindividu dengan kelompok atau sebaliknya; 3) kontak antarkelompok.
Kini kita lanjutkan dengan pembahasan kelompok sosial, dimana kelompok sosial ini berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, atau karena cita-cita yang sama. Dalam dunia pendidikan kelompok sosial ini dapat berbentuk kelompok personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa, kelas, subkelas, kelompok belajar di rumah dan sebagainya.
Berbicara tentang dinamika kelompok, maka perlu diketahui tentang istilah dinamika yang stabil. Suatu kelompok sosial dinamis yang stabil, artinya kelompok ini berusaha maju mengikuti arah perkembangan zaman atau mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi dengan tetap memperhatikan kestabilan kelompok. Wuradji (1988) menyebutkan tiga prisip yang melandasi kestabilan kelompok, yaitu integritas, ketenangan dan konsensus.
              Untuk menciptakan dinamika yang stabil di sekolah, sebaiknya sekolah sebagai micro order atau keteraturan kecil (Broom,1988) atau sekolah kecil sebagai masyarakat kecil.Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai, dan sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada peserta didik di sekolah. Wuradji (1988) mengemukakan sekolah sebagai kontrol sosial dan sebagai perubahan sosial. Tugas-tugas pembinaan mental tersebut harus sejalan dengan salah satu pasal dalam UU pendidikan RI yang mengatakan bahwa sekolah/pemerintah, orang tua, siswa dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan.
          Berdasarkan pendapat para ahli diatas mengenai pengertia sosiologi pendidikan, jadi sosiologi pendidikan adalah suatu ilmu yang di dalamnya terdapat cara-cara untuk mengendalikan proses pendidikan dalam mengembangkan atau mengolah prilaku seseorang individu maupun kelompok.

2.2  faktor Penyebab anak atau remaja merasa tidak nyaman dalam keluarga.
Suatu tunjauan sosiologis berarti sorotan yang didasarkan pada hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar mansuia dengan kelompok, di dalam proses kehidupan bermsayarakat. Di dalam pola hubungan-hubungan tersebut yang lazim disebut interaksi sosial anak dan remaja merupakan salah satu pihal, disamping adanya pihak-pihak lain. Pihak-pihak tersebut saling mempengaruhi , sehingga terbentuklah kepribdian-kepribdian tertentu sebagai akibatnya.
Proses saling mempengaruhi melibatkan unsur-unsur yang baik dan benar, serta unsur-unsur lain yang dianggap salah dan buruk. Unsur-unsur manakah yang lebih berpengaruh, biasanya tergantung dari mentalistas pihak yang menerima. Artinya sampai sejauh manakah pihak penerima mampu menyaring unsur-unsur luar yang diterimanya melalui proses pengaruh mempengaruhi.
Di dalam proses interaksi yang melibatkan anak dan remaja, terjadi proses sosialaisasi tersebut merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar pihak yang dididik atau diajak, kemudian mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat. Tujuan pokok adanya sosialisasi tersebut bukanlah semata-mata agar kaidah-kaidah dan nilai-nilai diketahui serta dimengerti. Tujuan akhir adalah agar manusia bersikap tindak sesuai dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku serta agar yang bersangkutan mengahargainya.

Di dalam proses sosialisasi khusunyaa yang tertuju pada anak dan remaja terdapat berbagai pihak yang mungkin berperan. Pihak-pihak tersebut dapat disebut sebagai lingkungan-lingkungan sosial tertentu dan pribadi-pribadi tertentu. Tinjauan sosiologis lebih memusatkan perhatian pada lingkungan ini, tanpa mengabaikan peranan pribadi-pribadi yang tidak mustahil mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Sebab ini akan menyoroti berbagai lingkungan sosial di dalam mempengaruhi tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi anak dan remaja. Kiranya jelas bahwa ada pengaruh yang menunjang dan ada yang menghalangi, kedua-duanya akan dijelaskan dengan cara mengungkapkan peranan yang diharapkan dari lingkungan-lingkungan tersebut dan peranan yang nyata atau sesungguhnya yang terungkap dalam pola perilaku. Lingkungan-lingkungan yang akan disoroti adalah
a.       Orang tua, saudara-saudara dan kerabat dekat
b.      Kelompok sepermainan
c.       Kelompok pendidik (sekolah)
Sudah tentu pula perlu dicatat, bahwa lingkungan-lingkungan tersebut diatas juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang lebih besar, seperti misalnya, lingkungan tetangga, lingkungan bekerja, lingkungan organisasi, lingkungan masyarakat dan bagian-bagiannya, maupun negara sebagai lingkungan sosio ekonomi politik. Lagi pula perlu dicatat lagi.
1.      Orang tua, saudara-saudara dan kerabat dekat
Di dalam keadaan yang nromal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah ornag tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua (kalau ada) serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah si anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua, saudara maupun kerabat terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak, supaya anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik,  melalui penanaman disiplin dan kebebasan serta penyersiannya. Pada saat ini orang tua, saudara maupun kerabat melakukan sosialisasi yang biasa diterapkan melalui kasih sayang. Atas dasar kasih sayang itu, anak dididik untuk mengenal nilai-nilai tertentu, seperti nilai ketertiban dan ketentraman, nilai kebendaan dan keaklhlakan, nilai kelestarian dan kebaruan dan seterusnya. Pada nilai ketertiban dan ketentraman ditanamkan perilaku disipliner dan perilaku bebas yang senantiasa harus diserasikan. Contoh nilai kebendaan dan nilai keakhlakan serta penyerasian dapat ditanamkan dengan jalan membelikan mainan yang diinginkannya, akan tetapi mainan itu harus dipelihara baik-baik agar tidak cepat rusak. Kalau mainan itu dirusaknya, maka orang tua harus dapat menahan diri untuk segera membelikan mainan yang baru. Melalui cara-cara itu pula nilai kelestarian dan kebaruan dapat ditanamkan mealui perilaku teladan yang sederhana.
Apabila usia anak meningkat ke umur remaja, maka penanaman nilai-nilai tersebut diatas harus tetap dipertahankan, kaan tetapi dengan cara-cara lain, sesuai dengan pertumbuhan jiwa remaja tersebut. Secara psikologis usia remaja merupakan umur yang adianggap “gawat”, oleh karena yang bersangkutan sedang menacari identitasnya. Untuk keperluan mana harus tersedia tokoh-tokoh ideal yang pola perilakunya terpuji. Pertama-tama dia akan berpaling pada lingkungan yang terdekat dengannya, yakni orang tua, saudara-saudaranya dan mungkin juga kerabat dekatnya. Apabila idealis menyatidak terpenuhi oleh lingkungan terdekatnya, maka dia akan berpaling ke lingkungan lain ( yang belum tentu benar dan tidak). Oleh karena itu maka lingkungan terdekat senantiasa harus siap untuk membantu sang remaja. Remaja lebih banyak memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan saja, dia harus mengerti mengapa manusia tidak boleh terlalu bebas terlalu bebas dan juga tidak boleh terlalu terikat (disiplin). Memang orang tua kadang-kadang lebih mementingkan disiplin atau keterikatan daripada kebebasan sedangkan remaja lebih menyukai kebebasan daripada displin atau keterikatan. Namun manusia memerlukan keduanya dalam keadaan yang serasi, manusia yang terlalu disiplin hanya akan menjadi “robot” yang mati daya kreativitasnya sedangkan manusia yang terlalu bebas akan menajdi mahluk lain (bukan manusia).
Tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi jurusan justru ditunjang oleh keserasian-keserasian tersebut diatas. Kalau pada anak orang tualah harus menanamkan agar si anak berpengetahuan sedangkan pada remaja orang tua harus memberikan pengertian melalui cara-cara yang dewasa. Anak atau remaja yang diharuskan belajar terus menerus atau dibebani dengan kewajiban mengikuti pelajaran tambahan atau ketrampilan tertentu akan mengakibatkan kebosnaan sehingga pekerjaan tersebut dianggapnya sebagai kegiatan rutin belaka. Dia tidak sempat mengenyam kebebasan berfikir oleh karena selalu dibebani dengan keterikatan dimana orang tua senantiasa memegang peranan penting yang menentukan di dalam mengambil suatu keputusan. Anak atau remaja tersebut hanya dilatih untuk berfikir semata-mata tanpa mendidiknya untuk senantisas menyerasikan fikiran dengan perasaan.
Membiarkan anak atau remaja bersikap tindak semaunya juga buruk dan tidak benar. Mereka memerlukan tuntunan orang tua saudara-saudaranya maupun kerabat dekatnya akan tetapi tuntunan itu tidak diperolehnya. Lingungan yang berpola pikiran demikian juga tidak menghasilkan pengaruh yang menunjang tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi karena dilepas begitu saja. Kritik para remaja biasanya tertuju pada hal-hal sebagai berikut :
a.       Orang tua terlalu konservatif atau terlalu liberal
b.      Orang tua hanya memberikan nasehat tanpa memberikan contoh yang mendukung nasihat tersebut.
c.       Orang tua terlalu mementingkan pekerjaan di kantor organisasi dan lain sebagainya
d.      Orang tua mengutamakan pemenuhan kebutuhan material belaka.
e.       Orang tua lazimnya mau “menangnya” sendiri (artinya tidak mau menyesuaikan diri dengan kebutuhan dasar remaja yang mungkin berbeda).
Suasana keluarga yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi adalah keadaan yang menyebabkan anak atau remaja merasa dirinya aman atau damai bila berada di tengah keluarga tersebut. Suasana tersebut biasanya terganggu apabila :
a.       Tidak ada saling pengertian atau pemahaman mengenai dasar-dasar kehidupan bersama.
b.      Terjadinya konflik mengenai otonomi disatu pihak orang tua ingin agar anaknya dapat mandiri namun di dalam kenyataannya mereka mengekangnya.
c.       Pengendalian dan pengawasan orang tua yang berlebihan
d.      Tidak adanya rasa kebersamaan dalam keluarga.
e.       Terjadinya masalah dalam hubungan antara ayah dengan ibu, sebagai suami dan istri.
2.      Kelompok Sepermainan
Kelompok sepermainan dan peranannya belum begitu tampak pengaruhnya pada masa kanak-kanak, walaupun dalam masa itu seorang anak sudah mempunyai sahabat-sahabat yang terasa dekat sekali dengannya. Sahabat itu mungkin adalah anak tetangga, teman satu kelas, anak kerabat, dan seterusnya. Persahabatan itu adakalanya diteruskan hingga pada pada usia remaja. Lazimnya sahabat tersebut terdiri dari tidak lebih dari tiga orang yang sejenis. Sahabat-sahabat itu memang diperlukan sebagai penyaluran berbagai aspirasi yang memperkuat unsur-unsur kepribadian yang diperoleh dari rumah. Sudah tentu bahwa sahabat tersebut cenderung memberikan pengaruh yang baik dan benar. Walaupun tidak mustahil bahwa ada sahabat yang akan menunjang motivasi dan keberhasilan studi, oleh karena dengan mereka biasanya terjadi proses saling mengisi, yang mungkin berbentuk persaingan yang sehat. Tidak jarang bahwa sahabat yang baik merupakan unsur penggerak untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas lainnya dengan sebaik mungkin.
Selanjutnya mungkin kelompok sahabat tersebut berkembang dengan lebih luas, oleh karena menjadi satu dengan kelompok-kelompok sahabat lainnya. Perkembangan lebih luas itu antara lain disebabkan karena remaja bertambah luas ruang lingkup pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kelompok-kelompok yang lebih besar yang lazimnnya disebut klik (clique) tersebut secara ideal mempunyai peranan yang positif dalam membangkitkan motivasi belajar dan keberhasilan studi.
3.      Kelompok Pendidik (Sekolah)
     Kelompok pendidik sebenarnya tidak hanya mencakup sekolah saja, oleh karena sekolah hanya menyelenggarakan pendidikan formal. Namun di dalam makalah ini pembicaraan hanya akan dibatasi pada kelompok pendidik atau guru yang mengajar di sekolah, yang diharapkan menciptakan suatu suasana yang sangat mendorong motivasi dan keberhasilan studi anak didiknya.
Pada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan awal seperti Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, peranan guru sangat besar dan bahkan dominan. Pada taraf pendidikan formal tersebut, guru mempunyai peranan yang cenderung mutlak di dalam membentuk dan mengubah pola perilaku anak didik. Dengan demikian, maka hasil daripada kegiatan guru tersebut akan tampak nyata pada kadar motivasi dan keberhasilan studi pada taraf itu, yang mempunyai pengaruh yang sangat besar pada tahap-tahap pendidikan selanjutnya.
Keadaan berubah setelah anak (yang sudah menjadi remaja) memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Peranan guru di dalam membentuk dan mengubah perilaku anak didik, dibatasi dengan peranan anak didik itu sendiri di dalam membentuk dan mengubah perilakunya. Sudah tentu bahwa guru masih tetap berperan di dalam hal membimbing anak didiknya agar mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan studinya dengan benar dan baik. Setidak-tidaknya itulah yang menjadi peranan yang sangat diharapkan dari guru di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Pada tahap ini para siswa yang terdiri dari para remaja sudah mulai mempunyai sikap tertentu terhadap gurunya; kepribadiannya mulai terbentuk dan menuju kemandirian. Oleh karena itu para remaja mulai mengritik keadaan sekolah yang kadang-kadang tidak memuaskan baginya. Lazimnya kritik tersebut dilancarkan terhadap hal-hal, sebagai berikut :
a.       Guru-guru terlampau tua, masih mengembangkan favoritisme terhadap murid-murid dan hanya melakukan tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin yang tidak berkembang.
b.      Kebanyakan guru tidak mau mencari penyerasian nilai dengan anak didik, akan tetapi cenderung senantiasa membenarkan nilai-nilai yang dianut golongan tua.
c.       Mata pelajaran yang diajarkan kebanyakan merupakan mata pelajaran wajib, sehingga tidak ada peluang untuk mengembangkan bakat.
d.      Di dalam proses belajar mengajar lebih banyak dipergunakan metode ceramah, sehingga kemungkinan mengadakan diskusi dengan guru sedikit sekali.
e.       Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk ikut serta mengelola sekolah hamper-hampir tidak diberikan.
f.       Jarak antara guru dengan siswa dipelihara sedemikian rupa, sehingga yang lazim adalah hubungan yang dilakukan secara formal.

2.3 Peranan positif klik terhadap remaja antara lain sebagai berikut :
a.       Rasa aman dan rasa dianggap penting berasal dari keanggotaan suatu klik tertentu, hal mana penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
b.      Di dalam klik tersebut seorang remaja dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa takut, rasa khawatir, rasa gembira dan lain sebagainya, dengan mendapatkan tanggapan yang wajar dari rekan-rekannya se klik.
c.       Klik memungkinkan remaja mengembangkan kemampuan dalam keterampilan-keterampilan sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
d.      Lazimnya suatu klik mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk bersikap tindak secara dewasa.
e.       Rasa aman yang ditimbulkan karena remaja diterima oleh kliknya akan menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri ( artinya tidak tergantung pada siapa pun ).
Namun di balik peranan yang positif itu, harus dipertimbangan pula bahwa kemungkinan timbulnya peranan yang negative tetap akan ada. Kemungkinan terjadinya peranan-peranan yang negative itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh orang tua, para guru, dan pihak-pihak lain yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan yang benar dan baik dari para remaja. Hal-hal yang negative itu adalah, antara lain, sebagai berikut :
a.       Klik mendorong anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota klik ( hal ini mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil ).
b.      Klik mendorong terjadinya individualism, oleh karena rasa kepatuhan hanya dikembangkan secara pribadi (individual).
c.       Kadang-kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota klik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, terhadap mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.
d.      Kesetiaan terhadap klik kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan orang tua, saudara atau kerabat.
e.       Klik merupakan suatu kelompok tertutup yang sulit sekali ditembus, sehingga penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh pihak luar.
f.       Suatu klik mendorong anggota-anggotanya untuk menyerasikan diri dengan pola kehidupan yang sama latar-belakangnya, sehingga sulit untuk mengadakan penyesuaian dengan pihak-pihak yang berbeda latar-belakangnya.
Kalau seorang remaja menjadi anggota klik tertentu, maka orang tua sebaiknya mempertimbangkan secara mantap terlebih dahulu, sebelum memberikan suatu keputusan. Kalau klik tersebut memang cenderung kurang baik sehingga mungkin berkembang menjadi “gang”, maka remaja harus diberi pengertian yang mendalam bahwa sebaiknya dia tidak menjadi anggota klik tersebut dan lebih baik mencari teman-teman lain. Namun, kalau ternyata bahwa klik tersebut lebih banyak menghasilkan hal-hal yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi, maka hendaknya si remaja dibiarkan menjadi anggota klik tersebut. Hal itu bukanlah berarti bahwa klik akan dapat menggantikan peranan orang tua terhadap anaknya yang remaja; kontak dan komunikasi dengan anak masih tetap harus dipelihara dan dikembangkan. Peranan orang tua terhadap anak (baik yang masih kanak-kanak maupun yang sudah remaja) tidak dapat digantikan secara utuh oleh pihak-pihak lain. Oleh karena itu, maka apabila salah seorang orang tua menikah lagi (karena pihak lain meninggal dunia atau karena perceraian), maka diperlukan suatu proses penyesuaian yang sangat mendalam.





















BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
     Hal-hal yang diceritakan di atas merupakan sebagian kecil dari masalah-masalah yang dihadapi dalam pendidikan anak dan remaja, yang berasal dari rumah, lingkungan sepermainan anak dan remaja itu maupun sekolahnya. Di dalam menelaah masalah-masalah tersebut seyogyanya diadakan pemisahan yang tegas antara pengaruh yang negative dan positif terhadap motivasi dan keberhasilan studi, walaupun hal itu mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut orang tua.
     Orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dan keberhasilan studi anak dan remaja. Tidak ada pihak lain yang akan dapat menggantikan peranan orang tua dengan seutuhnya. Keberhasilan orang tua di dalam menunjang motivasi dan  keberhasilan studi terletak pada eratnya hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua merupakan tempat anak berlindung dan mendapatkan kedamaian melalui keserasian antara ketertiban dengan ketenteraman, dengan mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang dating dari luar rumah.

DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta
www. Wikipedia.com












Tidak ada komentar:

Posting Komentar