Sabtu, 11 Januari 2014

UTS SIVASIDHANTA

UTS SIVA SIDDHANTA
LOGO IHD WARNA JDI
 









DOSEN PENGAMPU : I KETUT PASEK GUNAWAN
OLEH :

KOMANG SUDIASA
NIM      : 10.1.1.1.1.3833



INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
FAKULTAS DHARMA ACARYA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
2012



SOAL UTS SIVA SIDDHANTA

1.      Jelaskan proses penyebaran Siva Siddhanta dari India sampai ke Bali
2.      Sebutkan dan jelaskan sekte-sekte yang ada pada siva siddhanta
3.      Jelaskan bentuk kristalisasi siva siddhanta di bali
4.      Apakah saudara beragama hindu jelaskan
5.      Bagaimana anda menyikapi terhadap adanya sampradaya Krisna dan Saibaba dalam konsep Siva Siddhanta.

Jawaban :
1.      Proses penyebaran siva Siddhanta dari India sampai ke Bali sebagai berikut :
Penyebarannya berawal dari datangnya bangsa arya dari endo jerman 5000 SM di hulu sungai sindhu yaitu di punjab dan sebagian berada di iran. Bangsa dravida telah mengenal ajaran siva dengan ciri-ciri seperti bentuk Deva Siva sehingga identik dengan sivaisme yang tinggal di daerha tambil nadu. Bangsa arya sivasiddhanta berkembang dari agama siva yang sudah ada sejak zaman pra sejarah atau pra Veda bangsa dravida. Dengan dukungan dan perkembangan dari bangsa arya sehingga tetap berkembang menjadi ajaran sivaisme seperti saat ini.
Agama siva berasal dari gunung Himalaya dan pengikutnya sangat panatik. Sebelum Bangsa arya ada perkembangan agama siva sudah pesat terbukti dari arca dan penemuan berbentuk siva, dan bentuk dewa lainnya dan juga pengikutnya. Di indonesia siva siddhanta datang pada abad ke 4 M di kutai dibawa oleh Rsi Agastya dari benares India. Masuknya agama Hindu di Bali diperkirakan sebelum abad ke-8 Masehi, karena terdapat bukti berupa fragmen-fragmen pada prasasti yang ditemukan di desa Pejeng, Gianyar yang berbahasa Sanskerta. Ditinjau dari segi bentuk hurufnya diduga sejaman dengan meterai tanah liat yang memuat mantra Budha yang dikenal dengan "Ye te mantra", dan diperkirakan berasal dari tahun 778 Masehi. Pada baris pertama dari dalam prasasti itu menyebutkan kata "Sivas.......ddh......." yang oleh para ahli, terutama Dr. R. Goris menduga kata yang hampir pudar itu kemungkinan berbunyi: "Siva Siddhanta". Dengan demikian pada abad ke-8, Paksa (Sampradaya atau Sekta) Siwa Siddhanta sudah berkembang di Bali. Berkembangnya ajaran agama yang dianut oleh raja dan rakyat tentunya melalui proses yang cukup panjang, sehingga dapat dikatakan Hindu Sekte Siwa Siddhanta sudah masuk secara perlahan-lahan sebelum abad ke-2 hingga ke-8 Masehi.
Bukti lainnya adalah ditemukannya arca Siwa di Pura Putra Bhatara Desa di Bedahulu, Gianyar. Arca tersebut merupakan satu tipe dengan arca-arca Siwa di Candi Dieng yang berasal sekitar abad ke-8, yang menurut Stutterheim tergolong berasal pada periode seni arca Hindu Bali. Dalam prasasti Sukawana di Bangli yang memuat angka 882 Masehi, menyebutkan adanya tiga tokoh agama yaitu Bhiksu Sivaprajna, Bhiksu Siwa Nirmala dan Bhiksu Sivakangsita yang membangun pertapaan di Cintamani (di Kintamani), yang menunjukkan kemungkinan telah terjadi sinkretisme antara Siwa dan Budha di Bali . Bila dilihat perkembangannya, kedua aliran agama tersebut sesungguhnya berasal dari pohon yang sama yaitu ajaran Hindu. Berkembangnya dan terjadinya sinkretisme antara penganut Siwa dan Buddhisme di Bali, diduga lebih menonjol pada masa pemerintahan raja besar Dharma Udayana Warmadeva, karena kedua agama tersebut merupakan agama yang diakui kerajaan. Secara tradisional disebutkan bahwa agama Hindu dikembangkan oleh Maharsi Markandeya yang datang ke Bali dengan para pengikutnya membuka lahan pertanian. Daerah yang dituju awalnya adalah daerah di kaki Gunung Agung, kemudian pindah menuju arah Barat dan tiba di desa Taro, Gianyar. Beliau menanam Panca Datu (lima jenis logam) di Pura Agung Besakih, yang menurut Narendra Pandit Shastri (tahun 1957), Maharsi Markandeya ini yang mengajarkan agama Siwa di Bali dan mendirikan Pura Wasuki (Besukihan) yang merupakan cikal bakal perkembangan Pura Besakih sekarang ini.





2. Sekte –sekte yang ada pada siva siddhanta yaitu
a.       Sekte Siwa memiliki cabang yang banyak. Antara lain Pasupata, Kalamukha, Bhairawa, Linggayat, dan Siwa Siddhanta yang paling besar pengikutnya. Kata Sidhanta berarti inti atau kesimpulan atau inti dari ajaran Siwaisme. siwa siddhanta ini mengutamakan pemujaan ke hadapan Tri Purusha yaitu Parama siwa, sada siwa dan siwa. Bahma, Wisnu dan dewa-dewa lainnya tetap dipuja sesuai dengan tempat dan fungsinya, karena semua dewa-dewa itu tidak lain dari manifestasi Siwa sesuai fungsinya yang berbeda-beda. Siwa Sidhanta mula-mula berkembang di India Tengah (Madyapradesh), yang kemudian disebarkan ke India selatan dipimpin oleh Maharesi Agastya.

b.      sekte pasupata juga merupakan sekte pemuja Siwa. Bedanya dengan Siwa Siddhanta tampak jelas dalam cara pemujaannya. Cara pemujaan sekte Pasupata dengan menggunakan Lingga sebagai simbol tempat turunnya/berstananya Dewa Siwa. Jadi penyembahan Lingga sebagai lambang Siwa merupakan ciri khas sekte Pasupata. Perkembangan sekte Pasupata  di Bali adalah dengan adanya pemujaan Lingga.


c.       sekte waisnawa di Bali dengan jelas diberikan petunjuk dalam konsepsi Agama Hindu di Bali    tentang pemujaan Dewi Sri. Dewi sri dipandang sebagai pemberi rejeki, pemberi kebahagiaan dan kemakmuran.

d.      Sekte Bodha dan Sogatha di Bali dibuktikan dengan adanya penemuan mantra Bhuda tipeyete mentra dalam zeal meterai tanah liat yang tersimpan dalam stupika.

e.       Sekte Brahmana menurut Dr. R. Goris seluruhnya telah luluhdengan siwa siddhanta. Di India sekte Brahmana disebut Smarta, tetapi sebutan smarta tidak dikenal di Bali. Kitab-kitab sasana, adigama, purwadigama, kutara, Manawa yang bersumberkan Manawa Dharmasastra merupakan produk dari sekte Brahmana.

f.       sekte Gonapatya adalah kelompok pemuja Dewa Ganesha. Adanya sekte ini dahulu di Bali terbukti dengan banyaknya ditemukan arca ganesha baik dalam wujud besar maupun kecil.


g.      sekte Bhairawa adalah sekte yang memuja Dewi Durga sebagai Dewa utama. Pemujaan terhadap Dewi Durga di di pura dalem yang ada di tiap desa pekraman di Bali merupakan pengaruh dari sekte ini. Begitu pula pemujaan terhadap Ratu Ayu (Rangda) juga merupakan pengaruh dari  sekte Bhairawa.

3. Bentuk kristalisasi siva siddhanta di bali yaitu
Dibali pemujaan siva atau bentuk kristalisasi siva siddhanta dibali  adalah dengan cara Yadnya yaitu panca yajnya atas dasar catur marga dalam bentuk dan caranya disesuaikan dengan drsta dan Sadacara. Selain itu dapat diwujudkan dalam bentuk bakti sebagai wujud Prawrtti Marga. Tuhan dipuja sebagai saksi agung akan semua perbuatan manusia di dunia. Tuhan yang memberikan yang berkah dan hukuman kepada semua mahluk. Di bali bhakti kebanyakan, nhakti diwujudkan dengan sembahyankyang diriingi dengan upakara. Upakara artinya pelayanan dengan ramah diwujudkan dengan banten. Upakara termasuk yajna atau persembahan suci. Baik sembahyang maupun persembahan Yajna atau persembahan suci. Baik sembahyang maupun persembahan memerlukan tempat pemujaan. Pemangku, balian sonteng dan sulinggih mengantarkan persemabahan umat kepada Tuhan dengan mantra dan puja. Padewasaan dan rerainan memegang peranan penting, yang mana pada semua ini ajaran sraddha kepada Tuhan akan selalu tampak terwujud.
Demikian juga misalnya saat bhatara siwa sebagai Dewata Nawa Sanga diwujudkan dalam banten caru, beliau disimbilkan pada banten bagian pula kerti, beliau dipuja pada puja asta Mahabhaya, nawa ratna dan pada kidung beliau dipuja pada kidung  aji kembang. Bhatara siwa sebagai Panca Dewata dipuja dalam berbagai puja, mantra dan saa, ditulis dalam aksara serta aspek kehidupan beragama lainnya. Selain itu juga beliau juga dipuja sebagai siwa Raditya dipadmasana, dipuja sebagai Tri Murti di sanggah, paibon, kahyangan desa, dan kahyangan jagat.

4. Apakah saudara beragama hindu ?
Ya, saya beragama hindu Pada umumnya kita beragama karena mengikuti lingkungan, khususnya lingkungan terdekat yaitu orang tua kita. Sejak kecil saya diajak oleh orang tua saya  mengikuti acara-acara agama. Saya diajak sembahyang bersama pada hari-hari raya. Pada usia tertentu saya dibuatkan upacara-upacara agama. Mengapa saya beragama hindu, saya  memeluk suatu agama karena kelahiran dan karena pilihan. saya memilih agama hindu karena saya lahir dari orang tua hindu.  Atau karena saya kawin dengan seorang suami atau istri hindu. Dan karena pilihan yang saya lakukan secara sadar. Selain itu juga karena adanya keyakinan dan kepercayaan saya dalam menganut agama hindu tersebut.

5.      menyikapi terhadap adanya sampradaya Krisna dan Saibaba dalam konsep Siva Siddhanta yaitu
Menurut saya, sampradaya krisna itu aneh, mereka menjalankan disiplin yang sangat ketat, harus bangun pagi , offering rutin menjalankan 4 pantangan dengan ketat berpuasa, berjapa 16 putaran dan banyak lagi yang lainnya ada yang didiksa/didwijati,brahmana tetap menjalankan ritual hindu bali. Menjalankan tradisi atau kegiatan adat, bermasyarakat, ngayah walaopun demikian tetap menjaga prinsip untuk tidak makan daging.  Adanya sampradaya krisna dan saibaba dalam konsep Siva Siddhanta memiliki manfaat bagi pengikutnya, karena kelompok krisna ini tergolong sekte Waisnawa  dan penyembah Sri Krisna dengan disiplin berjapa yang relative tinggi, semangat dan  intensif.
Dari sudut pandangan filsafat Wedanta, hari Krisna termasuk penganut paham dwita yang dikembangkan oleh Madhawa acaarya. Dalam melaksanakan bhakti dengan cara berjapa dan bernyanyi (kiirtanam). Japa utamanya adalah   Hare Rama, Hare Raama, Rama-Raama Hare-Hare, Hare krisna, Hare Krisna-Krisna-krisna, Hare-Hare. Sedangkan adanya saibaba dalam konsep siva siddhanta, menurut pandangan saya, juga sangat bermanfaat, karena saibaba sangat menekankan pada perbaikan karakter, budhi pekerti yang terjabar dalam nilai-nilai kemanusiaan yakni sathya, dharma, prema, shanty, dan ahimsa: yang artinya kebenaran, kebajikan, kasih sayang, dan tidak melakukan kekerasan. Maka dari itu, adanya sampradaya krisna dan saibaba dalam konsep siva siddhanta sama – sama  bermanfaat, terutama bagi penganutnya. Saibaba memberikan pencerahan-pencerahan dorong semangat hidup kepada pengikutnya saibaba mengatakan kegembiraan dan kedamaian yang kuberikan kepadamu tidak pernah berakhir dan tak bisa dilukiskan. Saibaba tidak mengajarkan agama atau sekte baru saibaba mengajarkan kepada para pengikutnya untuk menanamkan lima pilar kerohanian weda ke dalam lubuk hati.
Namun demikian Sampradaya  bisa mengarah ke hal negatif bilamana di pimpin oleh rohani acuan yang mempunyai misi dan visi mnyimpang misalnya:
a.       Menyebarkan kepercayaan keyakinan yang berbeda-beda dari tradisi beragama semula.
b.      Nafsu-nafsu untuk mencari pengikut dalam antar moment dengan atau melawan kelompok lain.
c.       Tujuan-tujuan bersifat politik terselubung.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar